Menuju konten utama
18 April 1955

Albert Einstein di Antara Ideologi Kiri dan Teori Relativitas

Rumus mengubah
dunia. Dan bom atom
menghancurkannya.

Albert Einstein di Antara Ideologi Kiri dan Teori Relativitas
Ilustrasi Mozaik Einstein. tirto.id/Sabit

tirto.id - Albert Einstein sadar betul rezim militer yang berkuasa di Jerman tidak akan mampu menahan laju fasisme yang digelorakan partai Nazi besutan Hitler. Saat Phillip Frank, fisikawan sekaligus filsuf yang dikenal sebagai bagian dari Lingkaran Wina, mengunjunginya pada musim panas 1932, Einstein mengatakan, "Saya yakin rezim militer tidak akan mencegah revolusi Nationalsozialistische (Nazi) yang semakin dekat."

Pada Desember 1932, Einstein berniat meninggalkan Jerman dan menetap di Amerika Serikat (AS). Namun, ada rintangan birokratis menghalangi jalan Einstein. Untuk mendapatkan visa masuk AS, Einstein dan istri keduanya, Elsa, mesti menjawab beragam pertanyaan dari deputi konsulat AS untuk Jerman.

Walter Isaacson dalam Einstein: His Life and Universe (2007) mengisahkan tanya-jawab tersebut berlangsung baik pada awalnya namun menjadi runyam pada akhirnya.

"Apa pandangan politik Anda?" tanya si deputi. Einstein menatap kosong dan kemudian tertawa. "Baik, saya tidak tahu," jawab Einstein, "Saya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut."

Einstein memang tidak segan menerjunkan diri ke dalam situasi politik. Saat Perang Dunia I, Einstein menolak menandatangani "Surat kepada Dunia yang Beradab". Surat yang turut ditandatangani 93 saintis Jermantermasuk Max Planck, Fritz Haber, Wilhelm Röntgen, Ernst Haeckel, dan Emil Fischerdibuat untuk menunjukkan kedigdayaan Jerman kepada musuh-musuhnya.

Toh semakin banyak pertanyaan yang diajukan deputi, Einstein semakin tidak sabar. Saat si deputi menanyakan apakah profesor fisika teoretis itu simpatisan partai Komunis atau Anarkis, Einstein naik pitam.

"Negara Anda mengundang saya. Jika saya masuk ke negara Anda sebagai orang yang dicurigai, saya tidak mau pergi. Kalau Anda tidak mau memberi saya visa, bilang saja."

Einstein dan Elsa pun angkat kaki tak lama kemudian. Mereka menuju penginapannya di Caputh. Keduanya bermaksud membatalkan rencananya ke AS jika tidak mendapatkan visa pada siang keesokan harinya.

Namun, Kantor Konsulat AS menyetujui permohonan visa AS pada malam harinya. Semua itu didapat setelah Einstein mesti menandatangani deklarasi yang menyatakan bahwa dia bukan anggota Partai Komunis atau organisasi apapun yang bermaksud menggulingkan pemerintahan AS.

Memang, hubungan antara Einstein, komunisme, dan sosialisme bukannya tidak ada. Kepada Lydia Hewes, Einstein mengatakan,"Saya tidak pernah menjadi seorang Komunis. Tetapi jika iya pun, saya tidak akan malu karenanya."

Karen C. Fox dan Aries Keck dalam Einstein A to Z (2004) menceritakan, Einstein sempat menandatangani tuntutan yang diajukan partai buruh kiri Jerman Rote Arbeiterhilfe dan memberikan ceramah kepada sekolah buruh yang diselenggarakan Partai Komunis pada 1930-an.

"Tentu, ceramahnya berjudul 'Apa yang Buruh Perlu Tahu Soal Teori Relativitas'tidak persis mengenai politik," sebut Fox dan Keck.

Setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945 dengan Jerman-Nazi muncul sebagai pihak yang kalah, Einstein menulis makalah "Why Socialism?" untuk jurnal sosialis Monthly Review pada Mei 1949. Melalui makalah tersebut, laki-laki kelahiran 14 March 1879 itu membahas beragam masalah dari rasisme hingga kemiskinan.

"Saya yakin hanya ada satu cara untuk menghilangkan kejahatan besar ini, yaitu melalui pembentukan ekonomi sosialis, disertai dengan sistem pendidikan yang berorientasi pada tujuan-tujuan sosial. Dalam ekonomi seperti itu, alat-alat produksi dimiliki masyarakat dan digunakan secara terencana," sebut Einstein dalam "Why Socialism" (1949).

1905: Tahun Penuh Mukjizat

Tiap kali mendengar nama Albert Einstein disebut, sembari melihat wajah dan rambut berubannya itu terurai berantakan, mau tak mau terlintas tiga huruf dan satu angka yang membentuk persamaan E=mc2.

Persamaan tersebut menyatakan bahwa energi (E) yang terkandung dalam benda diam setara dengan massa (m) benda tersebut dikali kuadrat kecepatan cahaya (c).

Karena kecepatan cahaya sebesar 300 juta meter per detik, maka ada sejumlah besar energi yang terkandung dalam setiap satuan massa. Namun demikian, jika setiap gram materi mengandung energi yang luar biasa besar tersebut, mengapa manusia begitu lama tidak menyadari keberadaannya?

Dalam Out of My Later Years (1950), Einstein punya pernyataan sederhana untuk menjawab pertanyaan itu.

"Selama tidak ada energi yang dilepaskan secara eksternal, itu tidak akan dapat diamati. Seperti seseorang yang luar biasa kaya tapi tidak pernah membelanjakan atau memberikan satu sen pun; tidak ada yang tahu seberapa kaya mereka," sebut Einstein (hlm. 52).

Einstein mengenalkan persamaan tersebut pertama kali melalui makalah yang dirilisnya di jurnal Annalen der Physik. Makalah berjudul "Does the Inertia of a Body Depend Upon Its Energy Content?" itu dipublikasikan pada 1905—tahun yang dikenal sebagai annus mirabilis atau tahun mukjizat Einstein.