Menuju konten utama

Alasan Utama Serikat Pekerja dan Pilot Garuda Cabut Ancaman Mogok

Asosiasi Pilot dan Serikat Karyawan Garuda memutuskan mencabut ancaman mogok setelah ada pertemuan antara perwakilan 2 organisasi itu dengan Menteri BUMN.

Alasan Utama Serikat Pekerja dan Pilot Garuda Cabut Ancaman Mogok
Sejumlah pilot maskapai Garuda Indonesia memberikan penghormatan terakhir kepada pesawat Boeing 747-400 di hangar 4 GMF, Tangerang, Banten, Senin (9/10/2017). ANTARA FOTO/Fajrin R.

tirto.id - Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda Indonesia memutuskan untuk membatalkan rencana mogok kerja dan menangguhkan tuntutan perombakan direksi maskapai penerbangan plat merah itu.

Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Serikat Karyawan Garuda (Sekarga), yang bernaung di organisasi itu, mempercayakan penyelesaian persoalan yang disuarakan oleh mereka ke Menteri BUMN Rini Soemarno.

"Kalau ada kesan itu dan sekarang beda, karena semua permasalahan yang ada sudah kami sampaikan kepada ibu kandung, ke bu Rini selaku Menteri BUMN. Oleh karena itu, kami anggap masalah clear," kata Ketua Harian Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda, Tomy Tampatty di Garuda City Center, Cengkareng, pada Jumat (6/7/2018).

Sikap APG dan Sekarga melunak setelah Menteri Rini mengundang perwakilan serikat pekerja Garuda Indonesia dalam pertemuan di rumah dinasnya, di jalan Taman Patra V No.8 Jakarta pada Kamis kemarin.

Dalam pertemuan tersebut, Tomy mengatakan Rini berjanji akan menangani persoalan-persoalan yang menjadi tuntutan organisasinya sepanjang hal itu menjadi kewenangan Kementerian BUMN. Semua pihak di pertemuan itu, termasuk direksi Garuda, juga berkomitmen memperbaiki komunikasi untuk mencegah kesalahpahaman.

"Kami komitmen bahwa untuk tetap menjaga kelangsungan Garuda Indonesia dan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada costumer [pelanggan]," kata Tomy.

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo mengapresiasi keputusan APG dan Sekarga tersebut.

"Kami mengapresiasi langkah baik seluruh pihak yang sama-sama masih berkomitmen mementingkan kepentingan nasional. Seluruh pihak pun sepakat untuk lebih bersinergi lagi dalam meningkatkan kinerja perusahaan," kata Gatot dalam siaran persnya.

Menurut dia, terdapat empat kesepakatan antara pihak serikat pekerja dengan direksi Garuda Indonesia. Pertama, berkomitmen untuk bersama-sama menjaga dan memperbaiki kinerja perusahaan. Kedua, melakukan komunikasi dengan baik dan menjadikan Sekarga dan APG sebagai mitra kerja manajemen dalam menjaga dan memperbaiki kinerja perusahaan.

Selain itu, yang ketiga, Sekarga dan APG bersepakat membatalkan rencana mogok dan berkomitmen menjaga kelangsungan operasional penerbangan Garuda Indonesia. Keempat, kedua pihak bersepakat mendukung program penerbangan Haji Tahun 2018 yang mulai berlangsung pada 17 Juli mendatang.

Aspirasi Asosiasi Pilot Garuda

Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Bintang Hardiono menambahkan tuntutan organisasinya untuk perombakan direksi Garuda Indonesia, yang disertai ancaman mogok, didasari niat membenahi kinerja maskapai penerbangan plat merah itu.

"APG dan Sekarga sama-sama berkomitmen terhadap safety [keselamatan] nomor satu. Siapa pun direksi kalau nyerempet [ke arah penyimpangan] masalah safety, kami teriak. Bahaya laten itu. Kami jaga safety penumpang yang kami bawa. Kami punya standar, paling tidak dengan ikut mengkritik [soal] safety kalau direksi nyerempet [ke arah penyimpangan]," kata Bintang.

Tuntutan APG dan Sekarga semula didorong keprihatinan terhadap kinerja Garuda Indonesia yang terus merugi selama beberapa tahun terakhir. Dua organisasi itu semakin kecewa sebab Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terakhir memutuskan penghapusan dua nomenklatur jajaran direksi, yaitu direktur operasi dan direktur teknik.

APG dan Sekarga menilai, berdasar ketentuan keselamatan penerbangan sipil di UU Penerbangan, dua jabatan itu harus ada. Karena itu, dua organisasi itu menuntut direksi Garuda dirombak dan meminta jajarannya diisi oleh pejabat yang benar-benar paham bidang penerbangan. Dirut Garuda Indonesia saat ini, Pahala Mansury, memang tercatat memiliki latar belakang keuangan dan bukan penerbangan.

"Kami semua karyawan, bagaimana mau hancurkan Garuda Indonesia. Kalau Garuda Indonesia dihancurkan, saya [orang] nomor satu yang enggak terima karena keluarga saya makan dari Garuda Indonesia. Komitmen kami [muncul] karena [tuntutan] ditangani ibu [Rini[ jadi kami trust [percaya]," ucap Bintang.

Dirut Garuda Berjanji Perbaiki Hubungan Kerja

Sementara itu, Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Pahala Mansury berjanji direksi maskapai penerbangan plat merah itu akan memperbaiki manajemen pengelolaan tenaga kerja.

"Terkait direksi, kami berkomitmen melakukan perbaikan dalam hal bagaimana melakukan perbaikan industrial yang bisa membangun. Dan dalam rencana perbaikan industrial itu ada kaitannya dengan hubungan kerja, pengaturan cara kerja, dan sebagainya yang kami katakan ada komitmen untuk kami bisa perbaiki," ujar Pahala.

Dia mencontohkan upaya perbaikan yang akan dilakukan adalah dengan meningkatan pelatihan kinerja bagi karyawan Garuda Indonesia agar mereka bisa mengisi posisi-posisi penting di perusahaan.

"Waktu kami mengisi posisi-posisi di Garuda Indonesia yang kosong, kami akan betul-betul mencoba dan memastikan bahwa posisi-posisi tersebut prioritasnya diisi dari dalam," ujarnya.

Selain itu, Pahala menyatakan manajemen Garuda akan berupaya memperbaiki komunikasi dengan organisasi serikat pekerja, khususnya dalam membahas kinerja perusahaan. "Perbaikan kinerja ini akan direview secara periodik dalam 3 bulan," kata dia.

Baca juga artikel terkait AKSI MOGOK PILOT GARUDA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom