Menuju konten utama

Alasan Psikologis Kenapa Korban KDRT Bertahan di Hubungan Abusive

Terkadang kenyataan situasional, seperti kekurangan uang, membuat korban tidak bisa pergi dari hubungan yang abusive.

Alasan Psikologis Kenapa Korban KDRT Bertahan di Hubungan Abusive
Ilustrasi Kekerasan dalam Hubungan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Yuyun Sukawati menjadi trending topic pada hari ini, hal itu lantaran artis pemeran sinetron Jin dan Jun ini diduga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dari sang suami, Fajar Umbara.

Berdasarkan pengakuan Yuyun, anaknya juga turut menjadi korban kekerasan oleh ayah sambungnya itu.

KDRT ini dialami oleh Yuyun Sukawati sejak awal menikah dengan penulis skenario tersebut, yaitu sejak 2019.

Lantas, apa yang membuat korban KDRT seperti Yuyun Sukawati bisa bertahan dalam sebuah hubungan yang abusive.

Mengapa Korban Memilih Bertahan?

Mungkin sulit bagi banyak orang untuk memahami mengapa seseorang seperti contoh Yuyun Sukawati tetap berada dalam hubungan yang penuh kekerasan, tetapi ada banyak alasan.

Kekuatan emosional dan psikologis yang kuat membuat korban terikat dengan pelaku. Terkadang kenyataan situasional, seperti kekurangan uang, membuat korban tidak bisa pergi.

Alasan untuk tetap tinggal bervariasi dari satu korban ke korban berikutnya, dan biasanya melibatkan beberapa faktor.

Yang paling penting adalah agar seseorang tidak menghakimi orang lain karena tetap berada dalam hubungan yang kasar. Ini mungkin keputusan sementara atau jangka panjang, tetapi itu adalah keputusan mereka.

Sebagian besar korban hanya mencari waktu yang tepat dengan sumber daya yang tepat untuk pergi.

Ini adalah sejumlah alasan mengapa korban KDRT memutuskan untuk tetap bertahan.

Alasan Emosional Korban KDRT Tetap Bertahan

Berikut ini adalah alasan emosional mengapa korban memilih bertahan dengan hubungan yang abusive.

  1. Keyakinan bahwa pasangan yang melakukan kekerasan akan berubah karena penyesalannya dan berjanji untuk berhenti melakukan kekerasan.
  2. Takut pada pelaku yang mengancam akan membunuh korban jika pelecehan dilaporkan kepada siapa pun.
  3. Ketidakamanan tentang hidup sendiri.
  4. Kurangnya dukungan emosional.
  5. Rasa bersalah atas kegagalan hubungan.
  6. Keterikatan pada mitra.
  7. Takut membuat perubahan besar dalam hidup.
  8. Merasa bertanggung jawab atas pelecehan tersebut.
  9. Merasa tidak berdaya, putus asa dan terjebak.
  10. Keyakinan bahwa dia adalah satu-satunya yang dapat membantu pelaku kekerasan dengan masalahnya.

Alasan Situasional Korban KDRT Bertahan

Alasan situasional inilah yang terkadang membuat korban memilih untuk bertahan, yaitu:

  1. Ketergantungan ekonomi pada pelaku.
  2. Takut menyakiti diri sendiri atau anak-anak secara fisik.
  3. Takut akan kerusakan emosional pada anak-anak yang membutuhkan dua orang tua, bahkan jika salah satunya kasar.
  4. Takut kehilangan hak asuh anak karena pelaku mengancam akan mengambil anak jika korban mencoba untuk pergi.
  5. Kurangnya keterampilan kerja.
  6. Isolasi sosial dan kurangnya dukungan karena pelaku kekerasan seringkali menjadi satu-satunya sistem pendukung korban.
  7. Kurangnya informasi tentang sumber daya komunitas.
  8. Keyakinan bahwa penegak hukum tidak akan menanggapinya dengan serius.
  9. Kurangnya perumahan alternatif.
  10. Batasan budaya atau agama.

Alasan Khusus untuk Korban Perempuan

Sementara, untuk korban yang merupakan seorang perempuan, terkadang mereka dapat mengalami perasaan dan pikiran yang ragu-ragu dan kontradiktif tentang pasangan yang melakukan kekerasan tersebut.

Berikut adalah beberapa reaksi korban yang umum terhadap perilaku pelaku, reaksi yang dapat membuat perempuan memilih untuk tetap bertahan.

  1. Merasa terikat secara emosional pada pelaku, tetapi juga merasa marah terhadapnya.
  2. Bersyukur terhadap pelaku atas tindakan kebaikan kecil, tetapi cenderung menjelaskan kekerasan pelaku.
  3. Sangat memperhatikan kebutuhan pelaku dengan keyakinan yang keliru bahwa pelaku akan mampu mengantisipasi kebutuhannya dan mencegah pemukulan.
  4. Percaya bahwa pelaku akan berubah.
  5. Percaya bahwa pelaku membutuhkannya dan merasa bersalah jika ia meninggalkan pelaku.
  6. Dapat menggunakan alkohol atau obat lain untuk mengatasi kecemasan, ketakutan atau depresi.
  7. Membenarkan kekerasan dan merasa bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Baca juga artikel terkait YUYUN SUKAWATI atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Dhita Koesno