Menuju konten utama

Alasan Korban Gusuran di Kawasan Sunter Enggan Pindah Marunda

Sebagian warga korban penggusuran di Sunter menolak pindah ke Rusun Marunda karena takut tak kuat bayar biaya sewa dan tak punya lahan menyimpan rongsokan.

Alasan Korban Gusuran di Kawasan Sunter Enggan Pindah Marunda
Kawasan pemukiman kumuh yang digusur oleh pemprov DKI Jakara di Sunter, Jakarta Utara, Selasa (18/11/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Sebagian korban penggusuran di kawasan Sunter, Jakarta Utara, menolak tawaran Walikota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko, untuk direlokasi ke Rumah Susun Maruda.

Salah satu korban penggusuran, Lukman(40), menyampaikan bahwa pilihan tersebut tidak rasional untuk warga yang mayoritas mencari nafkah dengan mengumpulkan dan menjual barang-barang bekas atau loak.

"Rumah susun gimana menaruh rongsokan, kan kami orang lapangan, nyari rongsokan, barang bekas," ujar Lukman kepada reporter Tirto saat ditemui di kawasan Sunter, Jakarta Utara, pada Jumat (22/11/2019).

"Kita mau dikasih tempat, tapi jangan di rumah susun. Kita gak bisa buka lapak, gak bisa menyimpan rongsokan," lanjutnya.

Kemudian, ungkap Lukman, jika mereka disarankan untuk mencari pekerjaan lain, maka hal tersebut akan merugikan mereka.

"Kerjanya apa? Mayoritas kami kan gak sekolah, apalagi kami kan mayoritas sudah lanjut usia," ujarnya.

Lukman pun menilai solusi yang ditawarkan pemerintah justru tidak berdasarkan kebutuhan dari warga. Terlebih, Lukman merasa tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan atau pengambilan kebijakan terkait penggusuran.

"Lele biasa hidup di kolam, ditaruh di aquarium, gimana coba?" ujarnya menganalogikan usulan pemerintah untuk pindah ke rusun.

Permasalahan lainnya, ujar Lukman, ialah rusun tersebut berbayar. Lukman khawatir, ia akan semakin sulit membayar sewa. Apalagi hunian susun telah jadi masalah tersendiri untuk mereka.

Setelah digusur, Lukman kini menumpang di rumah saudaranya yang berada di kawasan Jalan Agung Barat I, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia tergusur bersama istri, dan dua anaknya yang berusia 5 tahun dan 2,5 bulan.

Kawasan tempatnya menumpang tersebut, kini, juga terancam digusur selepas ada Surat Peringatan (SP) 3 untuk penggusuran.

"Bingung, Mbak, bingung mau gimana, ngasih makan anak apa," tuturnya.

Selain itu, Lukman pun menyesali sikap pemerintah, khususnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang malah membiarkan terjadinya penggusuran di wilayah mereka. Terlebih, ujar Lukman, sebagian besar dari warga sana, yang merupakan warga rantau asal Madura.

Lukman menceritakan, saat Pilkada DKI Jakarta lalu mereka memberikan dukungan terhadap Anies.

"Kita dulu dukung Anies mati-matian, inisiatif dari lubuk hati yang terdalam, terus nasib kita sekarang mau gimana? Tolonglah Pak Anies," ujar Lukman

"Ya harapannya biar gak ada gusur-gusuran lagi. Kalau sekarang ada gusur-gusuran, buat apa dulu saya bela-belain gak kerja segala demi demo biar Anies naik?" lanjutnya.

Baca juga artikel terkait PENGGUSURAN SUNTER atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Humaniora
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Widia Primastika