Menuju konten utama

Alasan Dosen UMY & UAD Ikut Demo Mahasiswa Jogja Gejayan Memanggil

Saat beberapa kampus di Yogyakarta tidak mendukung aksi Gejayan Memanggil yang dilakukan kemarin Senin (23/9/2019), keempat dosen ini justru mendukung dan ikut dalam aksi tersebut.

Alasan Dosen UMY & UAD Ikut Demo Mahasiswa Jogja Gejayan Memanggil
Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IP UMY), David Effendi saat melakukan orasi atau kuliah lapangan dalam aksi di GejayanMemanggil. FOTO/sanny Nofrima

tirto.id - Aksi Gejayan Memanggil yang dilakukan elemen mahasiswa, dan masyarakat yang mengatasnamakan Aliansi Rakyat Bergerak ternyata juga dihadiri oleh dosen dari beberapa universitas di Yogyakarta, Senin (23/9/2019) kemarin.

Saat beberapa kampus di Yogyakarta tidak mendukung, mengatakan tidak terlibat, hingga khawatir aksi Gejayan Memanggil ditunggangi kepentingan politik tertentu, justru dosen-dosen ini percaya pada mahasiswanya dan mendukung gerakan ini.

Aksi yang dilakukan dari siang hingga sore hari ini juga berakhir dengan damai.

Fajar Junaedi, David Effendi, Bachtiar Dwi Kurniawan, ketiganya merupakan dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang ikut dalam aksi Gejayan Memanggil di Yogyakarta.

Selain dosen dari UMY, ada juga Hatib Rahmawan, dosen Ilmu Hadis dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ikut dalam aksi tersebut dan semuanya sudah dikonfirmasi oleh redaksi Tirto.

Keempat dosen yang ikut aksi ini adalah sebagian dari dosen lain yang juga bergabung dalam aksi Gejayan Memanggil.

Keempatnya senada mengatakan mendukung aksi ini, dan dukungan ini bukan hanya ditunjukkan di media sosial namun langsung ikut turun ke jalan mendampingi mahasiswanya.

Fajar Junaedi atau yang akrab disapa Junaedi merupakan salah satu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UMY.

Junaedi mengatakan aksinya ikut turun ke jalan ini untuk memberi dukungan dan bentuk nyata dari pengabdian masyarakat.

“Dalam pemikiran saya, tridarma perguruan tinggi salah satunya adalah pengabdian masyarakat. Aksi yang dilakukan rekan-rekan mahasiswa hari ini adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat. Selain dari itu, mahasiswa harus jadi intelektual organik,” kata Junaedi saat dihubungi redaksi Tirto.

Junaedi juga mengatakan untuk mendukung gerakan ini, selain ikut turun ke jalan bersama mahasiswanya, ia juga menggeser atau mengganti jadwal kuliah yang diampunya.

“Kalau yang saya lakukan adalah tetap ada kuliah dengan menggeser jam kuliah, untuk akomodir teman-teman yang turun aksi dan tidak turun aksi,” ujar Junaedi.

Selain Junaedi, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IP UMY), David Effendi juga ikut dalam aksi Gejayan Memanggil. David saat dihubungi redaksi Tirto mengatakan ia juga memindahkan ruang belajar atau kuliah mahasiswanya ke aksi Gejayan Memanggil.

Ia bahkan melakukan orasi dan menyampaikan “kuliah lapangan” dengan toa di hadapan mahasiswa UMY yang ikut aksi Gejayan Memanggil.

Menurutnya, ini adalah salah satu bentuk dukungan terhadap gerakan Gejayan Memanggil serta perlawanan atas kekerasan dan ketidakadilan yang saat ini terjadi di Indonesia.

“Janji kuliah di Gejayan saya bayar dengan tuntas. Keadilan adalah harga mahal yang harus dibayar untuk pertaruhan bangsa. Kita semua ikut membayar dengan kuliah di jalanan meninggalkan kampus. Kalau sering kuliah di jalanan ini SKS-nya sepanjang hidup dan dijamin sehat jiwa raga,” ujar David.

David menganggap aksi Gejayan Memanggil sebagai cara berpolitik yang menyenangkan bagi mahasiswa milennial.

“Menurut saya ini aksi sangat nyantai, ala kadarnya dan aksi ngobrol duduk-duduk beli jajan sambil membiarkan yang orasi menyampaikan aspirasinya. Seperti berkerumun dan ini cara berpolitik yang asik dan segar ala mahasiswa milenial,” ujar David.

Dosen UMY lain yang ikut aksi Gejayan Memanggil adalah Bachtiar Dwi Kurniawan. Bachtiar, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IP UMY) ini ikut turun ke jalan bersama mahasiswanya untuk memberi dukungan pada gerakan Gejayan Memanggil sekaligus menyuarakan aspirasinya terkait kondisi Indonesia saat ini.

“Dalam orasi saya tetap menyemangati mahasiswa agar tetap tertib saat menyuarakan aspirasi, selain itu saya juga menyuarakan tentang masalah yang saat ini sedang terjadi,” kata Bachtiar.

Bachtiar juga mengatakan ia mendukung aksi Gejayan Memanggil dan meminta jangan terlalu curiga dengan mahasiswa yang melakukan aksi tersebut.

“Saya sangat mendukung karena aksi ini terkait masalah publik, kepentingan bersama. Kenapa mahasiswa harus dilarang, mereka kan agent of change. Jangan terlalu curiga sama mahasiswa, mereka terdidik, tidak merusak negara,” ujar Bachtiar saat dihubungi redaksi Tirto.

Bachtiar menambahkan, selain ikut mendukung mahasiswa melakukan aksi Gejayan Memanggil, alasan lainnya ikut hadir dalam aksi itu juga untuk memastikan bahwa aspirasi yang dibawa mahasiswanya tidak disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab.

“Saya punya beban moral, saya tidak ingin aspirasi anak-anak saya diboncengi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Saya juga memastikan bahwa kuliah lapangan ini berjalan baik, anak-anak tanggung jawab dan memunguti sampah sisa aksi mereka,” ujar Bachtiar.

Selain dosen dari UMY, ada juga Hatib Rahmawan, Dosen Ilmu Hadis Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ikut aksi Gejayan Memanggil.

Hatib mengatakan alasannya ikut aksi ini karena menurutnya, pemerintah saat ini bego sehingga perlu diingatkan dan didemo.

“Pemerintahnya bego, jadi harus didemo,” ujar Hatib.

Hatib juga mengapresiasi aksi Gejayan Memanggil yang justru berjalan dengan baik dan tertib. Namun menurutnya jika aksi yang sudah dilakukan masih belum berdampak pada kebijakan yang diambil pemerintah maka seharusnya dibuat aksi lanjutan.

“Aksi bagus-bagus aja, jalan tertib, kalau pemerintahnya masih bego, kayaknya perlu lebih garang lagi,” pungkas Hatib.

Baca juga artikel terkait AKSI GEJAYAN atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Politik
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Yantina Debora