Menuju konten utama

Alasan 190 Negara dan Organisasi Setuju Tak Pakai Batu Bara Lagi

Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara akan dihapus pada tahun 2030, khususnya di negara-negara kaya.

Alasan 190 Negara dan Organisasi Setuju Tak Pakai Batu Bara Lagi
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara berlabuh di wilayah perairan Zona Konservasi Taman Nasional Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Senin (9/12/2019). ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.

tirto.id - Pemerintah Inggris mengumumkan, sebanyak 190 negara dan organisasi setuju untuk berkomitmen untuk mengakhiri tenaga batu bara. Hal itu disepakati dalam acara KKT iklim Cop26, sebuah konferensi iklim terbesar dan terpenting.

France 24 melaporkan, Polandia, Vietnam, Chili dan negara-negara lain akan berjanji untuk menghentikan pemakaian pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan berhenti membangun pembangkit baru.

Batu bara adalah bahan bakar fosil paling berpolusi dan menyumbang emisi gas rumah kaca terbesar bagi perubahan iklim. Oleh karena itu, mengurangi penggunaan batu bara dianggap penting untuk mencapai target iklim yang disepakati secara global.

Perjanjian yang ditandatangi pada hari Kamis itu juga berkomitmen untuk menghindari investasi di pembangkit batu bara baru, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebagai tuan rumah Cop26, pemerintah Inggris mengatakan, mereka juga sepakat menghapus pembangkit listrik berbahan bakar batu bara pada tahun 2030, khususnya di negara-negara kaya. Untuk negara miskin, kebijakan itu akan diterapkan di tahun 2040.

"Akhir dari batu bara sudah di depan mata. Dunia bergerak ke arah yang benar, berdiri siap untuk menutup nasib batu bara dan merangkul manfaat lingkungan dan ekonomi dari membangun masa depan yang didukung oleh energi bersih," kata sekretaris bisnis dan energi Inggris Kwasi Kwarteng.

Di sisi lain, BBC melaporkan, negara-negara utama yang menggunakan batu bara termasuk Polandia, Vietnam dan Chili adalah mereka yang membuat komitmen. Tetapi beberapa negara yang bergantung pada batu bara termasuk Australia, India, China dan AS tidak menandatangani janti tersebut.

Juan Pablo Osornio, kepala delegasi Greenpeace di COP26, mengatakan: "Secara keseluruhan pernyataan ini masih jauh dari ambisi yang dibutuhkan untuk bahan bakar fosil dalam dekade kritis ini."

Menghapus Pemakaian Batu Bara Secara Bertahap

Powering Past Coal Alliance (PPCA) mengatakan, pihaknya akan melakukan kampanye internasional secara bertahap terkait dengan penghapusan bahan bakar batu bara. Mereka juga telah mendapatkan 28 anggota baru, termasuk Ukraina, yang berjanji menghentikan pemakaian batu bara di tahun 2035.

Selama beberapa dekade terakhir, pangsa pasar batu bara di negara-negara barat yang kaya seperti Inggris, Jerman dan Irlandia telah dibatasi karena berbagai faktor kekhawatiran atas polusi pemanasan planet dan profil ekonomi yang memburuk.

Kendati demikian, di tahun 2019 lalu, batu bara masih menghasilkan sekitar 37 persen dari listrik dunia. Pasokannya yang murah dan melimpah telah menjadikan bahan bakar tersebut mendominasi produksi listrik di negara-negara seperti Afrika Selatan, Polandia dan India.

Masih dilaporkan France 24, jaringan pipa global untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara telah menyusut beberapa waktu terakhir, walaupun negara seperti China, India, Vietnam dan Indonesia masih berencana membangun pembangkit listrik tenaga batu bara baru.

Pada bulan lalu, China mengaku akan menghentikan pendanaan pembangkit batu bara di luar negeri, walaupun janji itu tidak termasuk proyek-proyek domestik. Sedangkan Inggris dan Amerika Serikat telah mengumumkan kemitraan senilai 8,5 militer dolar AS dengan Afrika Selatan untuk membantu negara itu menghapus batu bara lebih cepat.

Baca juga artikel terkait BATU BARA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya