Menuju konten utama

Aktivitas Manusia Pengaruhi Massa Tubuh Burung Finch di Galapagos

Burung-burung yang memakan junk food mengalami perubahan bakteri usus dan massa tubuh.

Aktivitas Manusia Pengaruhi Massa Tubuh Burung Finch di Galapagos
Burung Darwin Frinch. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Di Kepulauan Galapagos, burung-burung seperti finch darwin yang memakan junk food mengalami perubahan bakteri usus dan massa tubuh. Perubahan itu diungkap dalam sebuah penelitian baru Universitas Connecticut.

Studi yang diterbitkan di Molecular Ecology ini menelisik efek aktivitas manusia pada pola makan finch darwin di Galapagos.

Para peneliti mempelajari sampel tinja dan data massa tubuh dari finch betina, yang merupakan pengasuh utama bayi burung dan sarang.

Peneliti mengumpulkan sampel tinja dari burung finch di daerah perkotaan-di mana mereka akan menemukan makanan manusia-dan finch di daerah pedesaan yang lebih kecil kemungkinannya untuk menemukan makanan manusia.

Kedua sampel burung ini digunakan untuk mengkarakterisasi mikrobiota usus burung.

Studi sebelumnya telah menunjukkan populasi finch yang tinggal di dekat lingkungan manusia mengenali makanan manusia sebagai makanan mereka.

Sementara burung finch yang tinggal di daerah dengan aktivitas manusia yang lebih sedikit tidak mengenali makanan manusia sebagai sesuatu yang dapat mereka makan.

Secara total, para peneliti mempelajari hampir 100 finch, dengan fokus pada pengembangbiakan finch tanah kecil betina (Geospiza fuliginosa) dan finch tanah menengah (Geospiza fortis) pada Maret 2016 di pantai timur Pulau Santa Cruz, Kepulauan Galapagos, Ekuador.

Kepulauan Galapagos adalah lokasi yang ideal untuk mempelajari efek dari dampak manusia yang baru terhadap ekosistem. Pulau-pulau telah menjadi semakin banyak dalam 30 tahun terakhir, sebagian besar karena industri pariwisata yang berkembang. Salah satu pulau memiliki sekitar 12 ribu populasi yang telah beddampak pada ekosistem.

Para peneliti menunjukkan morfologi burung finch dan karakteristik fisik mereka berbeda di beberapa situs. Burung finch di daerah perkotaan lebih besar dan memiliki massa tubuh lebih tinggi dari saudara sepupu negara mereka.

“Faktanya, burung finch yang hidup di antara populasi manusia berada di kisaran 6 dan 13 persen lebih berat daripada burung di lokasi yang sedikit itensitas kehadiran manusia atau tidak ada sama sekali,” kata Sarah Knutie, asisten profesor ekologi dan biologi evolusi di UConn.

Dalam menganalisis sampel tinja dari kutilang, Knutie mengatakan secara khusus, keanekaragaman bakteri usus lebih rendah di situs dengan kehadiran manusia dibandingkan dengan situs tanpa kehadiran manusia.

Knutie mengatakan mungkin ada konsekuensi perubahan bakteri ini bagi burung betina karena mereka berisiko terpapar parasit invasif Philornis downsi, parasit yang mengancam untuk menyebabkan kepunahan regional populasi finch.

"Karena bakteri usus dapat memengaruhi sistem kekebalan, finch yang memakan junk food mungkin memiliki respons sistem kekebalan yang berbeda terhadap parasit invasif daripada finch yang memakan makanan alami mereka," kata Knutie seperti dikutip Uconn.

Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan efek jangka panjang pada perubahan bakteri usus.

Baca juga artikel terkait PENELITIAN ILMIAH atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Febriansyah
Editor: Dipna Videlia Putsanra