Menuju konten utama

Aktivis Kritik Sandiaga Uno Soal Pohon Tumbang di Jakarta

Ribuan pohon di Jakarta ditebang demi pembangunan tanpa meminta pertimbangan aktivis.

Aktivis Kritik Sandiaga Uno Soal Pohon Tumbang di Jakarta
Anggota Koalisi Pejalan Kaki, KPBB dan Thamrin School Of Climate Change melakukan aksi peluk pohon di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat (22/9/2017). ANTARA FOTO/Makna Zaezar

tirto.id - Para aktivis pencinta pohon mengkritik pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang terkesan menyalahkan mereka atas tumbangnya beberapa pohon saat Jakarta dilanda hujan deras dan angin kencang, Senin (11/12). Pernyataan Sandi dinilai sebagai bentuk lepas tanggung jawab dari persoalan. “Pohon itu tanggung jawab Pemprov untuk lakukan peremajaan,” kata Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yaya Nur Hidayati kepada Tirto, Selasa (12/12) malam.

Yaya bahkan menilai, Pemprov DKI Jakarta kerap bersikap sembarangan dalam urusan menebang pohon untuk proyek pembangunan di Jakarta. “Selama ini Pemprov juga tidak pernah konsultasi ke masyarakat untuk proyek MRT, [pohon] ditebang habis kan. Jadi jangan juga menyalahkan aktivis,” ujarnya.

Ia menyatakan aktivis, khususnya Walhi, tidak keberatan Pemprov memotong bagian ranting dan dahan pohon yang membahayakan masyarakat. Yang ditentang aktivis, kata Yaya, adalah menebang pohon dari pangkal batang sehingga membuat mati. Menurut Yaya menebang habis pohon hanya boleh dilakukan untuk pohon yang sudah mati. “Kalau pohon sudah mati dia harus ditebang karena tidak lagi memiliki kekuatan,” ujarnya.

Sepengetahuan Yaya, hujan deras dan angin kencang biasanya hanya mematahkan bagian dahan atau batang, jarang menumbangkan pohon hingga ke akar. Perkara ini menurutnya bisa diantisipasi dengan pemantauan dan perawatan rutin. “Mereka (pemprov) harus regular memantau supaya pohon [juga] tidak mengganggu jaringan listrik, telpon,” katanya.

Yaya menilai Pemprov DKI belum merata memperhatikan dan merawat pohon-pohon di Jakarta. Hal ini tampak dari masih banyaknya pohon di jalan-jalan nonprotokol yang pertumbuhannya mengancam keselamatan warga dan mengganggu fasilitas umum. “Di daerah pinggir yang bukan jalan utama jarang dipantau. Banyak sekali saya lihat pohon dahannya mengganggu kabel dan berisiko buat masyarakat,” ujarnya.

Menebang Pohon Membuang Investasi

Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus menilai pernyataan Sandi tidak mendasar. Menurutnya, fakta di lapangan menunjukkan jumlah pohon di Jakarta terus berkurang akibat pembangunan. “Ya itu salah besar karena pohon kan ada treatment-nya. Apa iya itu [pohon tumbang tak bisa dicegah] terhambat oleh aktivis?” kata Alfred.

Kehadiran pohon di Jakarta mestinya dipandang sebagai investasi. Sebab saban tahun Pemprov mengeluarkan anggaran untuk pengadaan dan perawatan pohon. Alfred mengatakan sangat disayangkan apabila pohon yang sudah berusia di atas 25 tahun ditebang tanpa pertimbangan matang demi pembangunan. Apalagi ruang terbuka hijau juga masih di bawah 10 persen, jauh dari persyaratan.

“Kan sia-sia investasinya (biaya yang dikeluarkan) selama 25 tahun,” ujar Alfred.

“Jadi miris kota selevel Jakarta ruang terbuka hijaunya di bawah 10 persen.”

Kecemasan atas merosotnya jumlah pohon di Jakarta pernah diekspresikan Alfred dan Koalisi Pejalan Kaki lewat aksi peluk pohon September 2017 lalu. Alfred mengatakan aksi itu sebagai kritik atas pembangunan di Jakarta yang mengabaikan keberadaan pohon. “Karena di Jakarta yang Jalan Sudirman-Thamrin yang pohonnnya banyak ditebangi,” katanya.

Pemrov DKI mestinya memahami secara bijak kritik aktivis terhadap merosotnya jumlah pohon di Jakarta. Sebab kata Alfred aktivis tidak pernah melarang pemprov memangkas atau menebang pohon yang nyata-nyata membahayakan masyarakat. “Kami tidak pukul rata semua pohon harus berdiri,” katanya.

Baca juga artikel terkait BANJIR JAKARTA atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Jay Akbar