Menuju konten utama

Aksi Terorisme dalam Angka Klaim Asuransi Properti

Properti seringkali ikut menjadi imbas dari sebuah serangan teroris. Dari seluruh aksi terorisme di dunia hingga 2015, serangan 11 September 2001 di New York dan Washington menjadi serangan dengan nilai kerugian properti tertinggi.

Aksi Terorisme dalam Angka Klaim Asuransi Properti
Api meletus dari Menara Selatan World Trade Center setelah ditabrak pesawat United Airlines di New York City, pada 11 September 2001. Pesawat tersebut dibajak teroris dan menabrak menara dengan kecepatan sekitar 586 mil per jam. [Foto/Reuters/Sean Adair]

tirto.id - Selasa pagi, 11 September 2001, empat pesawat jet penumpang di Amerika Serikat dibajak. Dua pesawat ditabrakkan ke Menara Kembar World Trace Center di New York City. Satu pesawat menabrak Pentagon di Arlington, Virginia. Pesawat terakhir jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania. Ia tak berhasil mengenai target aslinya, Washington DC.

Serangan itu membunuh 2.996 orang, termasuk 19 orang pembajak. Sebanyak 6.000 orang lainnya luka-luka. Ini adalah serangan paling mematikan bagi petugas pemadam kebakaran dalam sejarah Amerika. Setidaknya, 343 petugas pemadam tewas saat menjalankan tugas.

Institute fot the Analysis of Global Security (IAGS) mencatat, total kerugian akibat serangan itu mencapai $2 triliun. Jika satu dolar dihitung Rp10 ribu saja, angkanya mencapai Rp20 ribu triliun. Ini berlipat-lipat nilai APBN Indonesia.

Pada 24 April 1993, delapan tahun sebelum tragedi di Amerika, terjadi pengeboman di Bishopgate, sebuah distrik finansial di London. Bom yang berasal dari sebuah truk meledak ada jam 10.27 pagi. Korban jiwa memang hanya satu orang, yakni seorang fotografer dan 44 orang lainnya luka-luka. Namun, ledakan ini menghancurkan bangunan di sepanjang Bishopgate.

Korban jiwa yang sedikit dikarenakan serangan bom dilakukan pada Sabtu, bukan pada hari kerja. Lagipula, sudah ada peringatan sebelumnya sehingga petugas keamanan sempat mengosongkan area.

Ini bukan pertama kalinya Distrik Finansial London diserang bom. Tepat setahun sebelumnya, tak jauh dari Bishopgate, serangan bom juga terjadi.

Tiga peristiwa serangan terorisme ini tercatat sebagai tiga dari 10 serangan dengan nilai klaim asuransi properti tertinggi sepanjang 1970 hingga 2015. Sampai saat ini, belum ada serangan terorisme yang kerugiannya mengalahkan serangan 11 September.

Menurut data dari Swiss Re, klaim asuransi properti yang dibayarkan untuk kerusakan akibat serangan 11 September mencapai $25,15 miliar. Ini hanya klaim untuk properti saja. Belum lagi klaim asuransi untuk pesawat yang dibajak, klaim asuransi kendaraan yang hancur, asuransi kesehatan, dan klaim asuransi jiwa dari korban serangan. IAGS menyebutkan, total klaim asuransi untuk seluruh kerugian pada peristiwa itu mencapai $40 miliar.

Serangan bom di London pada tahun 1993 berada di posisi kedua dengan total klaim asuransi properti $1,2 miliar. Ada rentang yang cukup jauh memang dengan kerugian serangan 11 September. Namun, besaran klaim yang ditanggung perusahaan asuransi sempat menimbulkan krisis pada industri asuransi di Inggris saat itu.

Asuransi properti merupakan jenis asuransi untuk mengantisipasi kerugian akibat kejadian tak terduga yang menimpa properti. Kejadian tak terduga itu bisa bencana alam, kebakaran, ledakan, atau serangan pihak lain yang membuat properti rusak dan hancur yang berujung pada kerugian finansial. Kebakaran dan banjir adalah risiko yang sering terjadi menimpa properti. Namun, kehadirannya bisa diprediksi.

Perusahaan asuransi tentu tidak mau mengeluarkan polis untuk properti yang berada di kawasan langganan banjir. Perusahaan asuransi juga akan membesarkan premi asuransi bagi properti yang berada di kawasan rawan kebakaran, seperti pasar, atau pabrik.

Serangan terorisme termasuk risiko yang jarang terjadi dan sulit diprediksi. Itu sebabnya, ketika ia terjadi dan menghancurkan beberapa gedung dalam waktu bersamaan, akan memengaruhi cash flow perusahaan asuransi.

Memang, dalam prinsip asuransi kerugian, risiko tidak ditanggung sendiri. Perusahaan asuransi membagi risikonya ke perusahaan reasuransi. Ini untuk menghindari gagal bayar klaim akibat bencana yang terjadi bersamaan. Tetapi perusahaan reasuransi juga akan ikut “goyang” kalau menghadapi klaim yang banyak dalam waktu bersamaan.

Di urutan ke tiga adalah serangan teroris yang terjadi di dekat sebuah mal di Manchester, Inggris. Serangan ini terjadi pada 16 Mei 1996 dengan nilai klaim asuransi properti $996 juta. Pengeboman di Distrik Finansial London pada 1992 menempati urutan berikutnya dengan kerugian properti $899 juta.

Dari 10 daftar serangan teroris dengan kerugian properti terbesar yang dipaparkan Swiss Re, tiga di antaranya terjadi di Amerika Serikat. Selain serangan 11 September, ledakan bom di garasi World Trade Center pada tahun 1993 juga masuk dalam daftar dan berada di urutan ke lima dengan nilai kerugian properti $837 juta. Selain itu ada juga truk berisi bom yang meledak di gedung pemerintahan di Oklahoma.

Sebanyak empat aksi terorisme dari daftar 10 daftar serangan itu terjadi di Inggris. Tiga ledakan terjadi di London, dan satunya di Manchester. Tiga serangan teroris lainnya terjadi di Sri Lanka, Atlantic Utara, dan Yordania.

Terorisme, selain menimbulkan ketakutan dan memakan korban jiwa, terbukti menimbulkan kerugian besar dan mengganggu perekonomian.

Baca juga artikel terkait TERORIS atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti