Menuju konten utama

Aksi Bela Bangsa pada 1 Juni di Titik Nol Yogyakarta Batal Digelar

Panitia aksi membenarkan aksi dibatalkan, namun akan kembali digelar pada 3 Juni 2018.

Aksi Bela Bangsa pada 1 Juni di Titik Nol Yogyakarta Batal Digelar
Titik nol Yogyakarta. FOTO/Istimewa

tirto.id - Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan sejumlah aksi yang rencananya akan digelar pada Hari Lahir Pancasila 1 Juni batal digelar. Sejumlah aksi tersebut akan digelar di Titik Nol Kilometer, Yogyakarta pada waktu yang bersamaan.

"Besok yang jelas, Titik Nol (Kilometer) tidak ada kegiatan sama sekali. Masyarakat tidak usah khawatir dan takut, tidak ada kegiatan aksi di sana, seperti yang kemarin muncul di media sosial itu tidak ada," ujar Kapolda DIY Ahmad Dhofiri di Yogyakarta, Kamis (31/5/2018).

Beberapa waktu lalu, poster undangan aksi bertajuk "Aksi Bela Bangsa" dan "Aksi Bela Negara Pancasila Bersama Rakyat" menyebar lewat media sosial.

Aksi pertama meminta peserta untuk menggunakan dress code baju Muslim berwarna putih atau kaos Ganti Presiden 2019. Mereka menggunakan tagar #AksiBelaBangsaCintaTanahAir, #SpiritBerjamaahGantiPresiden2019 dan #JagaPancasila.

Sementara itu, aksi kedua, sesuai yang tercantum dalam poster, akan diisi dengan selawat, orasi religi, deklarasi Pancasila, takjil Pancasila, dan bukber (buka bersama) Pancasila.

Peserta diminta untuk menggunakan seragam organisasi dengan pita merah putih di kepala dan di bagian bawah poster tercantum nama Gemayomi (Gerakan Masyarakat Yogyakarta Melawan Intoleransi).

Narahubung panitia Aksi Bela Bangsa, Abdus Samik membenarkan bahwa aksi yang rencananya digelar di Titik Nol itu batal setelah ada pertemuan dengan berbagai pihak, termasuk Kapolda dan Danrem DIY. Namun, aksi akan kembali digelar pada 3 Juni.

"Aksi Bela Bangsa mundur dari rencana semula. Kami akan kembali dengan kekuatan umat dan rakyat Jogja yang lebih besar pada Ahad tanggal 3 Juni di Halaman PDHI Alun-alun Utara," ujar Abdus kepada Tirto.

Terkait hal ini, Kapolda Ahmad Dofiri menyampaikan bahwa aksi boleh dilakukan asal memberitahukan ke polisi dan tidak bersamaan dengan organisasi lain untuk menggelar aksi di jalan.

"Prinsipnya semua bisa melakukan kegiatan tapi dari potensi kerawanan, tempuk [bertemu] tiga-tiganya itu tidak boleh, membatalkan karena dari sisi potensi kerawanannya. Semua kegiatan memberitahukan ke polisi itu boleh menyuarakan pendapat," ujar Ahmad.

Dalam kesempatan yang sama, Kabid Humas Polda DIY, Yuliyanto menyatakan bahwa selain karena potensi kerawanan, aksi juga diprediksi akan mengganggu kelancaran lalu lintas.

"Intinya memang mereka sepakat membatalkan kegiatan tanggal 1 Juni di Titik Nol Jogja. Kalau banyak orang memenuhi kilometer nol, kan bisa mengganggu arus lalu lintas," ujarnya.

Kegiatan yang digelar pada Hari Lahir Pancasila itu juga mendapat penolakan dari sejumlah pihak, salah satunya Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Yogyakarta yang secara tegas menolak aksi.

Menurut Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga Beny Susanto, pembatalan aksi tersebut lebih bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Salah satu alasannya, yaitu untuk menghormati kesucian bulan Ramadan 1439 H dan kekhusyukan ibadah kaum Muslim.

"Aksi yang berdimensi politik 2019 tidak bermanfaat dan ber-maslahah. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat, riwayat, tidak hanya kaum Muslim, orang non-Muslim pun menghormati bulan-bulan suci, tidak mengotori dengan hal potensial memicu fitnah, kebencian dan permusuhan," ujar Benny.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau kaum Muslim dan seluruh warga DIY agar tidak mengikuti kedua aksi tersebut.

"Lebih baik dan utama mencari berkah, rahmat Allah SWT dengan aktivitas harian yang produktif seperti biasanya, menghadiri majelis taklim, takjilan di masjid-masjid, pesantren dan sekolah," tandasnya.

Baca juga artikel terkait HARI LAHIR PANCASILA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra