Menuju konten utama

Airlangga Ungkap Strategi Pemerintah Hadapi Ancaman Resesi

Pemerintah mengklaim pengendalian inflasi Indonesia yang cukup baik menjadi salah satu langkah penting bagi penguatan perekonomian nasional.

Airlangga Ungkap Strategi Pemerintah Hadapi Ancaman Resesi
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (tengah) berjalan dengan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) dan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso sesuai bertemu dengan Presiden Joko Widodo terkait penanganan dampak virus corona terhadap sektor ekonomi Indonesia di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama.

tirto.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan pengendalian inflasi Indonesia yang cukup baik menjadi salah satu langkah penting bagi penguatan perekonomian nasional. Dia mengklaim hal itu sebagai mengantisipasi dampak krisis yang dapat mempengaruhi keberlanjutan pemulihan ekonomi.

"Saat ini inflasi berada di level 5,9 persen. Dalam upaya pengendalian inflasi, pemerintah telah melaksanakan sejumlah langkah seperti mendorong kolaborasi antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," katanya dikutip dari Antara, Kamis (20/10/2022).

Selain itu, dalam menjaga inflasi, pemerintah juga mengoptimalkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik untuk tematik ketahanan pangan dan pemanfaatan 2 persen dari Dana Transfer Umum (DTU) untuk membantu sektor transportasi dan tambahan perlindungan sosial. Tidak hanya itu, Airlangga juga menuturkan di tengah kenaikan harga energi di tingkat global pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya agar harga di dalam negeri tetap stabil dan terjangkau, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.

Airlangga menjelaskan pemerintah telah mengeluarkan berbagai bantuan seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp12,4 triliun dan bantuan subsidi upah Rp9,6 triliun untuk 16 juta pekerja, yang diharapkan menjadi bantalan bagi pertumbuhan ekonomi sampai akhir 2022 agar masih berada di sekitar 5,2 persen dan tahun depan di atas 5 persen.

Sementara itu, terkait ancaman krisis pangan, Airlangga menekankan pemerintah juga telah memprioritaskan ketahanan pangan dengan menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga-harga pangan.

“Indonesia cukup beruntung karena produksi beras dalam tiga tahun terakhir sebesar 31 juta sehingga kita memiliki daya tahan yang cukup. Dalam tiga tahun terakhir kita juga tidak melakukan impor beras serta relatif tidak mengimpor jagung dan bahkan kita mengalami surplus jagung,” ujarnya.

Di sisi lain, dia mengungkapkan terdapat faktor positif bagi Indonesia lantaran berada di lingkup ASEAN, di mana pertumbuhan ekonomi ASEAN diperkirakan mencapai 4,9 persen pada tahun ini.

Baca juga artikel terkait DAMPAK KRISIS EKONOMI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin