Menuju konten utama

Airlangga: Presiden Minta Devisa Ekspor Disimpan di Dalam Negeri

Airlangga Hartarto mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan agar devisa hasil ekspor disimpan di dalam negeri.

Airlangga: Presiden Minta Devisa Ekspor Disimpan di Dalam Negeri
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan keterangan usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, di Jakarta, Senin (3/5/2021). ANTARA/Tangkapan lyar Youtube Sekretariat Presiden/pri.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan agar devisa hasil ekspor disimpan di dalam negeri. Pengaturan devisa hasil ekspor ini merupakan domain Bank Indonesia (BI).

“Presiden mengarahkan agar hasil ekspor itu dimasukkan di dalam negeri. Tentunya untuk itu dari Bank Indonesia diharapkan bisa membuat sebuah mekanisme sehingga ada periode tertentu, cadangan devisa yang bisa disimpan dan bisa diamankan di dalam negeri,” katanya dikutip Antara, Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Airlangga mengharapkan kebijakan mengenai sistem keuangan yang dapat meningkatkan manfaat dari hasil ekspor, terlebih Indonesia telah mencatat surplus neraca perdagangan dalam 30 bulan terakhir.

“Tentu ini jadi domain BI, dan berharap dengan demikian akan memberi ekspor kita yang sudah 30 bulan terus menerus menghasilkan devisa positif, neraca perdagangan positif dan juga berimbas pada neraca pembayaran yang 1,3 persen dari PDB kita relatif aman,” katanya.

Selain soal ekspor, sidang kabinet paripurna juga membahas mengenai perkiraan kondisi perekonomian tahun 2023, evaluasi penanganan COVID-19, dan antisipasi krisis pangan dan energi.

Airlangga mengatakan pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertumbuh 5,2 persen (year on year/yoy) untuk keseluruhan 2022. Sedangkan untuk 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,3 persen.

“Tentu beberapa upside risks yaitu penanganan COVID-19 dan percepatan vaksinasi relatif baik, dukungan fungsi APBN, fiskal sebagai shock absorber, kemudian harga komoditas yang tinggi,” tandasnya.

Baca juga artikel terkait DEVISA NEGARA

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Anggun P Situmorang