Menuju konten utama

AIC Dorong Peningkatan Peran Industri Asuransi Dalam Ekonomi

Dengan potensi pasar yang masih sangat besar, industri asuransi di ASEAN didorong untuk dapat mempertajam peran strategisnya dalam mendukung perekonomian kawasan terutama dalam soal pembiayaan infrastruktur yang diprediksi akan semakin tinggi seiring dengan berkembangnya populasi penduduk kawasan ini.

AIC Dorong Peningkatan Peran Industri Asuransi Dalam Ekonomi
Sekretaris Jenderal Dewan Asuransi ASEAN (AIC) Evelina F. Pietruschka (kiri), Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan OJK Ahmad Nasrullah (tengah), Ketua Dewan Asuransi ASEAN Michael F. Rellosa (kanan), berbincang-bincang dalam acara The 2nd ASEAN Insurance Summit 2016 di Royal Ambarukmo, Yogykarta, (23/11). [Foto/AIC]

tirto.id - Industri asuransi di Asia Tenggara saat ini tengah didorong untuk semakin mempertajam peran strategisnya sehingga dapat memainkan peran lebih besar dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), mengingat masih besarnya potensi pengembangan industri ini di masa depan.

Hal itu diungkapkan Evelina Pietruschka, Sekretaris Jenderal Dewan Asuransi Asia Tenggara (Asean Insurance Council/AIC), dalam pembukaan ASEAN Insurance Summit 2016, Rabu (23/11/2016).

"Industri asuransi AEAN, dengan komitmen aset keuangan yang stabil dan bersifat jangka panjang, jelas bisa memainkan peran yang lebih besar dalam mendukung dan menyokong pertumbuhan ekonomi kawasan secara keseluruhan," sebut Evelina.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sejak 2012 hingga 2015, premi bruto asuransi di Asia Tenggara telah mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata 5,8 persen per tahun. Hal yang menurutnya cukup menjanjikan, mengingat pertumbuhan itu terjadi di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara ASEAN.

Dengan potensi yang ada tersebut, pertemuan tingkat tinggi ke-2 ini, jelas Evelina, merupakan upaya yang dilakukan oleh AIC untuk menjembatani komunikasi antara sektor swasta industri asuransi dengan regulator, dalam hal ini pemerintah, untuk mencari cara bagaimana industri asuransi mampu meningkatkan nilai tambah di seluruh kawasan ASEAN.

"Melalui tukar pikiran antara pemain industri asuransi dan regulator, saya meyakini bahwa kita akan mencapai kesimpulan yang bisa dijalankan, atau ide-ide inovatif dan kolaborasi," katanya, sembari menambahkan bahwa saat ini ada empat isu utama yang telah dipetakan sebelumnya untuk dibahas dalam forum ini, yakni pengembangan sektor perhubungan laut, penerbangan, dan transportasi; mengatasi kesenjangan proteksi asuransi; pembiayaan infrastruktur; dan pembiayaan risiko.

Ia menekan bahwa industri asuransi terutama dapat lebih banyak memberikan peran pada pembangunan infrastruktur. Dengan melihat prediksi bahwa populasi ASEAN diperkirakan akan mencapai 721 juta jiwa pada tahun 2030, maka pembangunan infrastruktur kemudian menjadi vital. Industri asuransi, dalam hal ini, diharapkan dapat mengisi celah kekosongan dalam pembiayaan infrastruktur di kawasan ini.

"Asian Development Bank memperkirakan bahwa ASEAN perlu untuk berinvestasi hingga $8 triliun pada infrastruktur dalam periode 2010-2020, serta investasi tahunan sebesar $60 miliar untuk jalan, kereta api, listrik, air dan infrastruktur lainnya," jelas Evelina, seperti dikutip dari sea-globe.com.

Dengan visi untuk mendorong kemitraan yang lebih besar di antara pemain asuransi, regulator dan pemerintah, lanjutnya, AIC percaya bahwa industri asuransi saat ini telah memiliki posisi yang baik untuk memainkan peran yang lebih menonjol dalam memajukan perkembangan ekonomi dan sosial di kawasan ini melalui partisipasi strategis dalam kemitraan publik dan swasta (PPP).

Baca juga artikel terkait ASEAN INSURANCE SUMMIT 2016 atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara