Menuju konten utama

Ahok Paling Jadi Sorotan, #PersibDay Terlaris di Twitter

Tercatat ada 11,2 juta kicauan terkait Pilkada serentak di Twitter sepanjang tahun ini.

Ahok Paling Jadi Sorotan, #PersibDay Terlaris di Twitter
Ilustrasi buzzer politik. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Ada banyak kisah yang terjadi di Twitter sepanjang tahun ini, tapi tak semuanya membuat keramaian di Tanah Air. Beberapa nama muncul sebagai pusat perhatian, tema olahraga pun tak kalah dengan persoalan politik yang jadi langganan kegaduhan di jagat maya.

"Tahun 2017 menjadi tahun yang menyenangkan bagi Twitter. Karena keberagaman tema," kata Novita Jong, Country Industry Head Twitter Indonesia, dalam acara “#RameDiTwitter 2017” di Jakarta.

“Kalau di Twitter sendiri ada 4 pilar topik yang menjadi fondasi keriuhan Twitter, yaitu olahraga, entertainment, berita atau isu-isu sosial, dan juga momen-momen, misalnya cultural moment seperti Ramadan,” katanya. Ramadan tahun ini melahirkan 118 juta tweet.

Salah satu isu yang menjadi paling hangat di Twitter sepanjang 2017 adalah Pilkada serentak. Ada 11,2 juta kicauan pengguna Twitter saat Pilkada berlangsung. Pada hari pemilihan sendiri, tema itu menyumbang 1 juta tweet.

Addie MS, selebritas tanah air dengan akun @addiems, dalam acara #RameDiTwitter 2017 mengungkapkan bahwa "yang paling mengesankan di dunia Twitter adalah urusan Pilkada."

Meskipun 2017 bisa dianggap sebagai tahun politik, golden tweet, istilah yang ditujukan bagi tweet yang paling banyak di-retweet, tak diraih oleh tweet soal politik. Adalah akun resmi Persela Lamongan, @PerselaFC, yang mencuitkan belasungkawa atas meninggalnya kiper sekaligus kapten tim mereka, Choirul Huda dalam insiden pertandingan. Ia didaulat memperoleh status golden tweet di Indonesia.

Belasungkawa yang dikicaukan 15 Oktober lalu, telah dikicau-ulang sebanyak 20 ribu kali. Melejitnya tweet tersebut menjadi golden tweet karena diperbincangkan masa nasional dan juga internasional.

Pada 2016, golden tweet pun tak jauh-jauh dari dunia olahraga. Adalah Joko Widodo (Jokowi), Presiden Indonesia yang mendapatkan perolehan itu. Akun resminya @jokowi mencuitkan ucapan terima kasih atas kemenangan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir memperoleh emas di ajang Olimpiade.

Di sepanjang 2017, tagar, penanda perbincangan khusus, yang paling populer pun lagi-lagi tak berbau politik. Tagar #PersibDay tercetus sebagai tagar paling banyak dipakai di dunia Twitter Indonesia. #PersibDay merupakan tagar yang digunakan bobotoh, julukan pendukung Persib, menandai hari pertandingan tim kesayangan mereka, Persib Bandung. Tagar milik bobotoh itu, sukses mengangkangi tagar #TimnasDay yang berada di urutan ke-4 sebagai tagar paling populer.

Secara umum, dari 10 tagar paling populer di 2017, segmen politik hanya menyumbang 3 tagar. Itu adalah #FreeAhok yang berada di urutan ke-6, tagar yang menandakan dukungan netizen atas kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok. #SaveTiangListrik yang berada di urutan-9, tagar perbincangan parodi dari drama politik Setya Novanto. #PilkadaDKI yang berada di urutan buncit, tagar yang menjadi fondasi keriuhan pemilihan kepala daerah di ibu kota.

Meskipun dunia politik hanya menyumbang 3 tagar, ini adalah peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan setahun sebelumnya. Pada 2016, tak ada satu pun tagar berbau politik yang masuk 10 besar sebagai yang populer di dunia Twitter Indonesia. #RI71 adalah tagar terpopuler tahun lalu. Lalu ada agar #KamiTidakTakut, dan #PrayForJakarta. Secara sederhana, 3 besar tagar di 2016 lebih merupakan bentuk "nasionalisme" netizen.

Secara umum di 2017, selebritas Agnes Monica dengan akun Twitter @agnezmo menjadi yang paling banyak diikuti di Indonesia. @agnezmo diikuti 17,4 juta pengguna Twitter, meningkat 8 persen dibandingkan 2016. Sayangnya, meskipun memiliki jumlah pengikut terbanyak Agnes bukanlah publik yang paling sering dibicarakan di Twitter. Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sosok yang paling disorot di Twitter sepanjang 2017.

Pekerjaan Rumah Twitter

Ingar bingar di Twitter tak terpisahkan dari sarana komunikasi baru di era digital. Namun, Twitter menyimpan efek tidak baik. Twitter, merupakan salah satu tempat konten-konten negatif itu bersarang.

Dalam rentang Januari-Juli 2017, ada 32.465 aduan konten negatif, yang terdiri dari SARA, ujaran kebencian, pornografi, hoax, dan penipuan online, hingga terorisme, yang dilayangkan pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Dalam Transparancy Report, dari Januari-Juni 2017, Pemerintah Indonesia telah melayangkan 9 permintaan informasi atas 11 akun Twitter terkait berbagai permasalahan, termasuk konten negatif. Dari permintaan sejumlah itu, pihak Twitter hanya mengeluarkan 33 persen informasi. Secara global, ada 6.448 permintaan atas 11.115 akun yang dilakukan pada pihak Twitter dari berbagai pemerintah dunia.

Membandingkan permintaan akun yang dilayangkan Pemerintah Indonesia pada pihak Twitter dengan laporan konten negatif pada Kemenkominfo, terasa jomplang. Agung Yudha, Public Policy Lead Twitter Indonesia, berharap para pengguna Twitter di Indonesia melaporkan secara spesifik konten negatif pada pihak Twitter.

“Selama itu tidak dilaporkan, kita anggap user-nya nyaman. Kita baru akan menindak berdasar report dari user,” terangnya.

Laporan konten negatif yang masuk ke Twitter, akan ditindaklanjuti oleh tim mereka di kantor pusat Twitter. “Twitter Indonesia bukan Twitter Inc. Jadi kalau melaporkan di platform langsung masuk ke reviewer di Twitter Inc, bukan Twitter Indonesia."

Salah satu biang konten negatif yang ada di Twitter terbungkus dalam bentuk twitwar, berasal dari kata “tweet” dan “war” alias perang kicauan. Umumnya, twitwar memperadukan dua gagasan atau pendapat yang berbeda. Sayangnya, konotasi negatif erat dengan istilah ini. Addie MS merupakan selebritas yang pernah berpengalaman dengan twitwar. Pada 2012, ia beserta keluarganya, bertengkar kicauan di Twitter dengan selebritas Marissa Haque.

Menurut Addie, ia terbawa ego saat melakukan twitwar. “Nyopot ego itu penting untuk menghindari twitwar, saya pernah menikmati twitwar yang sangat intens. Kalau diem, ego keluar lagi.”

Irwandi Syahputra dalam jurnalnya berjudul “Demokrasi Virtual dan Perang Siber di Media Sosial” (2017) mengatakan bahwa kini persaingan antar platform media sosial semakin ketat. Semakin hari media sosial semakin tersegmentasi dengan tegas. Media sosial yang mampu mengakomodasi sifat agresif dan progresif, menurut Irwandi, akan menarik minat para penggunanya.

Sayangnya, Twitter, yang mengakomodasi sifat agresif dan progresif, digunakan dengan kecenderungan seenaknya oleh para pengguna. Peristiwa Pilkada DKI Jakarta 2012 silam, yang meluncurkan nama Joko Widodo, kemudian menjadi titik tolak kebebasan pengguna. Hingga akhirnya, kicauan-kicauan yang seenaknya tersebut membentuk polarisasi netizen. Konservatif dan liberal. Pro Jokowi dan kontra Jokowi.

Twitter, meskipun mengklaim sebagai platform teknologi dan bukanlah pembuat konten di dalamnya, mau tidak mau harus melakukan pembenahan.

Baca juga artikel terkait TWITTER atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra