Menuju konten utama

"Ahok Mengambil Simpati Kelompok Fanatik"

Langkah Ahok membereskan lokalisasi dinilai hanya mencoba mengambil simpati warga, menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017. salah satu upaya dari ahok merevitalisasi kali ciliwung adalah merelokasi kalijodo dan dari itu banyak simpati warga jakarta kepada ahok yang diniliai tegas dalam menjalankan tugasnya sebagai gubernur DKI Jakarata, dan peluang untuk mempertahankan kursi DKI 1 pun terbuka lebar baginya walaupun maju sebagai calon independent ahok yakin mampu

Saleh Partaonan Daulay. FOTO/www.salehdaulay.com

tirto.id - Upaya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama membereskan kawasan prostitusi Kalijodo dicibir. Ahok dinilai hanya mencoba mengambil simpati warga, menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017.

Salah satu politisi di Gedung DPR, Senayan, yang menuding langkah Gubernur Ahok menutup lokalisasi Kalijodo sebagai sarana kampanye, tak lain Saleh Partaonan Daulay. Kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah ini meyakini Ahok sedang mengambil simpati warga Jakarta.

“Sebab pelacuran bertentangan dengan semua agama. Nah, ini mengambil simpati kelompok yang fanatik. Termasuk umat Islam yang garis keras,” ujarnya di Gedung DPR, pada Jumat (4/3/2016). Berikut wawancaranya:

Apa alasan Anda menuding penutupan Kalijodo sebagai kampanye terselubung Ahok untuk Pilkada 2017?

Asumsinya, Ahok sudah memerintah tiga tahun. Kenapa baru sekarang memikirkan dan merelokasi Kalijodo? Padahal secara faktual, memang banyak yang langgar lahan hijau untuk digunakan sebagai pemukiman maupun lokalisasi. Ini sudah lama. Dugaannya kan jadi begitu. Seharusnya dari kemarin.

Jika memang kampanye, kira-kira kalangan mana yang dijadikan target untuk ditarik simpatinya?

Saya tak berpretensi ini untuk menaikkan elektabilitas. Tapi yang pasti, dia lagi ambil simpati. Segmennya jelas, banyak kalangan. Sebab pelacuran bertentangan dengan semua agama. Nah, ini mengambil simpati kelompok yang fanatik. Termasuk umat Islam yang garis keras.

Sebagai gubernur, bagaimana seharusnya Ahok bersikap soal Kalijodo?

Dia memang harus bertanggung jawab ketika gusur Kalijodo. Pikirkan bagaimana orang yang digusur. Ada titik balik jalan yang benar. Jangan asal dikeluarkan (dari Kalijodo), sehingga mereka tak punya masa depan. Sebab masalah lokalisasi, orang terjerumus ke dalam sana lantaran masalah ekonomi. Setelah digusur, takutnya malah tak ada tempat dan pekerjaan. Mereka malah pindah-pindah dan berserakan di banyak tempat, sehingga minimbulkan dampak sosial baru di banyak lokasi.

Bagaimana Anda menilai peluang Ahok di Pilkada 2017?

Ahok memang sangat berpeluang besar maju lagi di Pilkada DKI dan menang. Sebab dia incumbent di mana punya struktur pemerintah dan rajin gonta-ganti orang. Yang tidak loyal diganti. Itu kecenderungan natural alat keluasaan. Selanjutnya, selama ini Ahok mencitrakan diri telah berhasil di DKI, walaupun menurut saya belum teruji.

Misal, Jakarta dalam penanganan bencana, gagal dalam mengurus banjir. Jika diklaim berhasil, seharusnya hujan 1 jam hingga 2 jam tak macet. Kalau masih terjadi, ya belum selesai penanganan banjirnya. Belum tuntas dan belum ada kemajuan. Yang ada klaim-klaim saja. Pencitraan itu yang bisa memenangkan pertarungan berikutnya.

Siapa kira-kira lawan tangguh buat Ahok di Pilkada 2017?

Jika kelompok lain bisa bersatu mengusung calon tertentu yang layak jual. Tapi harus face to face, harus konvensi bersama dari berbagai macam kekuatan lintas parpol yang ada. Parpol yang tak dukung, bekerja sama untuk menjaring calon tertentu untuk menganalisis kriteria tertentu.

Ada nama tertentu?

Dari PAN, ketua umum kami mendorong kader sendri. Misal Bima Arya (Walikota Bogor) atau Suyoto (Bupati Bojonegoro). Ada juga yang sebut Eko Patrio. Kan dia cukup terkenal. Juga Desy Ratnasari, Desy itu pintar, jadi bisa ditawarkan. Kalau tak bisa nomor 1 (calon gubernur), ya nomor 2 (calon wakil gubernur). Hall terpenting, melawan bersama dalam satu kesatuan.

Baca juga artikel terkait KALIJODO atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho