Menuju konten utama

Adu Balap Mobil Listrik dengan Formula E

Formula E adalah ajang balap sirkuit kota dengan mobil bertenaga listrik.

Adu Balap Mobil Listrik dengan Formula E
Kejuaraan perdana Formula E, kompetisi balap mobil pertama di dunia mobil balap yang menggunakan tenaga listrik. FOTO/Reuteurs/Barry Huang

tirto.id - “Kami di sini untuk menemukan kembali sebuah balapan, dengan formula baru untuk abad ke-21. Selamat datang di Formula E – Electric Street Racing Series.”

Kalimat pembuka tersebut tersemat dalam situsweb resmi FIA Formula E. Dunia dapur pacu otomotif memang berubah, tepatnya lebih berwarna sejak kehadiran mesin penggerak berbasis motor elektrik di ranah otomotif yang terus mencoba merangsek kemapanan mesin berbasis pembakaran internal yang identik dengan kendaraan berbahan minyak selama berabad-abad. Kini, adanya ajang Formula E, keberadaan mobil bertenaga listrik yang ramah lingkungan di ajang balap bergengsi ini makin memperkuat posisi yang diperhitungkan.

Formula E adalah sebuah ajang kejuaraan mobil balap bertaraf dunia, sama seperti ajang Formula 1 yang telah lebih dahulu ada. Konsep Formula E diprakarsai oleh Jean Todt, Presiden Federasi Otomotif Internasional (FIA) yang menurut situs resmi Formula E sebagai sarana untuk mendemonstrasikan potensi mobil listrik sebagai alat mobilitas berkelanjutan.

Gayung bersambut, Alejandro Agag seorang pengusaha bisnis olahraga asal Spanyol mendukung penuh dengan menciptakan ajang Formula E sekaligus menjadi CEO-nya. Dalam menggarap proyek ambisius ini, para penggerak Formula E menggandeng banyak mitra industri motorsport seperti Williams, McLaren, Michelin, dan Dallara yang nama besarnya sudah tak asing lagi di dunia Formula 1.

Di musim pertama 2014 lalu, seri pembukanya diselenggarakan di sirkuit Kota Beijing--semacam simbol melawan polusi udara di kota ini. Ajang pertama ini juga menjadi keunggulan dan memungkinkan diselenggarakan di jalanan kota lantaran tingkat kebisingan direduksi menjadi sekitar 80 dB sementara raungan Formula 1 bisa menembus 134 db. Maka tidak heran di seri berikutnya menggunakan sirkuit kota di Buenos Aires, Monte Carlo, London, dan Putrajaya, Malaysia.

Semua mobil tim di musim pertama dipasok dan dibangun oleh Spark Racing Technology. Mobilnya bernama Spark-Renault SRT 01E. Berisi motor listrik yang dikembangkan oleh McLaren, rangka dirancang oleh Dallara, sistem baterai dibikin oleh Williams Advanced Engineering dan gearbox lima kecepatan disuplai Hewland. Di sektor roda ban, Michelin digandeng sebagai pemasok resmi.

Dilansir dari The Engineer, pengembangan motor dan tenaga listrik oleh McLaren sudah dikembangkan sejak lima tahun sebelum resmi diselenggarakan pada September 2014 silam dan menjalani masa uji yang intensif. Motor listrik ini menggerakkan roda belakang mobil balap melalui gearbox empat kecepatan terlebih dahulu. Soal bobot dan fisik mesin motor listrik tentu jauh lebih ringan dibanding mesin pembakaran internal pada umumnya, hanya 26 kilogram dan mampu menyediakan lebih dari 250 tenaga kuda. Mesin motor listrik diklaim dapat meraung hingga 17.500 rpm yang serupa dengan mesin pembakaran internal V8 pada Formula 1.

Torsi hampir seketika langsung didapat, memberikan dorongan akselerasi yang lebih ringan dan langsung melesat. Energi motor listrik didapat dari baterai jenis Lithium-ion yang telah jamak ada di perangkat elektronik seperti laptop dan handphone. Letaknya ada di belakang kemudi. Aliran energi antara baterai dan motor listrik dikendalikan oleh Motor Control Electronics. Semua sistem kelistrikan beroperasi pada voltase sangat tinggi, sampai 800V.

McLaren juga mengutarakan bahwa saat pengemudi balap melepaskan kakinya dari pedal gas, motor listrik ini bertindak sebagai generator yang selain memberikan pengereman mesin, juga mengisi baterai. Layaknya pada mobil Formula 1, banyak data mesin secara canggih dikirimkan ke insinyur tim serta penggunaan ECU yang turut diterapkan di mobil Formula E. Sejatinya, motor listrik dan kontrol elektronik yang dikembangkan oleh McLaren adalah evolusi dari mesin sport hybrid McLaren P1 dimana fungsi motor listrik sebagai pelengkap performa dan efisiensi mesin pembakaran internal.

Infografik Balapan ramah lingkungan

Di seri Formula E selanjutnya, format diubah dengan memakai seri terbuka, yang artinya semua tim yang terlibat boleh mengembangkan mobil balapnya sendiri dengan memaksimalkan motor listrik, baterai dan sistem pengisian yang dapat memberikan keunggulan untuk dipacu di lintasan balap. Jika dikomparasikan dengan mobil Formula 1, kenyataannya Formula E masih di bawah soal urusan top speed dan akselerasi. Sebagai perbandingan seperti yang dipaparkan oleh Science Focus, mobil Formula 1 mampu menyentuh kecepatan maksimal 378 km/jam, sementara Formula E baru bisa di angka 225 km/jam.

Untuk mencapai 100 km/jam dari titik nol, mobil Formula E harus membutuhkan waktu sampai 3 detik. Sedangkan "jet darat" sebagai sebutan untuk mobil Formula 1 hanya butuh 2,1 detik. Daya baterai juga masih menjadi kendala untuk Formula E, seperti di musim pertama para pembalap harus berganti mobil yang sama untuk menyelesaikan sesi balap secara penuh.

Sejak musim balap pertama, setiap tim menyediakan dua mobil untuk dapat melahap sirkuit selama 50 menit. Ini terjadi karena daya baterai beserta sistem pengisiannya masih belum memadai untuk dijalankan secara instan di kondisi serba cepat ini. Ada fitur FanBoost yang diperkenalkan oleh FIA di ajang Formula E. Memungkinkan para penggemar memilih pembalap favorit mereka melalui voting di situsweb resmi Formula E atau saluran media sosial yang telah ditunjuk. Tiga pembalap yang menang dalam FanBoost berhak mendapat daya energi tambahan sebesar 100 kJ Tetapi, segala kelemahan ini banyak ditatap optimistis oleh para pengembang mobil balap listrik.

Sejalan dengan riset dan uji coba terus menerus akan menghasilkan performa yang menanjak. Komponen baterai, yang adalah sumber utama tenaga Formula E dianggap sebagai rangkaian yang harus terus mendapat pengembangan. Terlebih pada musim kelima tahun depan, ada regulasi baru yang mensyaratkan satu mobil untuk satu pembalap, artinya racikan baterai berdaya besar menjadi hal yang wajib.

“Kami telah mempertimbangkan bagian apa yang kami harus ubah, termasuk integrasi baterai, sistem pendinginan, output daya, dan juga bobot, menggunakan pengetahuan yang kami dapatkan selama dua musim ini.” ungkap Paul McNamara dari Williams Advanced Engineering dilansir dari Motor Sport.

Ajang ini memang tak seheboh Formula 1 dengan kuda besi yang melesat lebih cepat. Namun, setidaknya bisa menjadi simbol kepedulian soal isu lingkungan seperti pemanasan global dan keterbatasan bahan bakar minyak. Formula E dapat menjadi pintu masuk untuk makin memperkenalkan bahwa mesin berbasis tenaga listrik juga mampu tampil garang.

Baca juga artikel terkait FORMULA 1 atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Otomotif
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Suhendra