Menuju konten utama

Abaikan Tim Uber, Fokus pada Tim Thomas

Sudah hampir satu dasawarsa tim bulutangkis beregu Indonesia tak pernah berprestasi di tingkat dunia, khususnya pada kejuaraan penuh gengsi, Thomas dan Uber Cup. Terakhir kali Tim Thomas Indonesia menjadi juara pada 2002. Sebelum itu, prestasi tertinggi selalu diraih oleh Tim Thomas Indonesia , Kans Indonesia untuk lolos dari grup ini sebagai juara grup cenderung besar jika menilik dari kedigdayaan pada nomor ganda.

Abaikan Tim Uber, Fokus pada Tim Thomas
Tim Thomas Indonesia bersiap sebelum sesi foto di pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo

tirto.id - Terakhir kali Tim Thomas Indonesia menjadi juara pada 2002. Sebelum itu, prestasi tertinggi selalu diraih oleh Tim Thomas Indonesia. Dalam beberapa pertandingan, Tim Thomas Indonesia bahkan sering berhasil menjadi juara secara beruntun. Capaian itu merupakan hasil dari regenerasi yang berjalan dengan baik di sektor ganda maupun tunggal, dari era Ricky Subagja/Rexy Mainaki hingga Chanda Wijaya/Sigit Budiarto, dari era Alan Budikusuma hingga Taufik Hidayat.

Sedangkan bagi Tim Uber Indonesia, prestasi terbaik terjadi hampir dua dekade silam. Dua gelaran Uber Cup secara beruntun 1994 dan 1996 berhasil disabet. Itulah saat masa-masa emas Tim Uber yang digawangi Susy Susanti, Mia Audina dan ganda unggulan, Finarsih/Lili Tampi.

Setelah 2002, Tim Thomas Indonesia memang masih mampu meraih prestasi meskipun bukan yang terbaik. Setiap tahun, Indonesia memang masih bisa lolos ke semifinal. Pada Thomas Cup 2012, Hendra Setiawan cs bahkan berhasil lolos ke final sebelum akhirnya digebuk Cina dengan skor 3-0.

Nasib berbeda dialami Tim Uber Indonesia. Setelah Susy Susanti cs pensiun, prestasi tim putri sangat minim, bahkan untuk sekadar lolos ke semifinal pun sulit. Hanya enam tahun sekali Tim Uber Indonesia bisa lolos ke semifinal. Prestasi terbaik dicatat lagi pada 2008, saat Indonesia menjadi tuan rumah Thomas dan Uber Cup. Ketika itu, Tim Uber Indonesia berhasil lolos ke final, tetapi takluk dari Tim Uber Cina dengan skor 3-0.

Dengan melihat perjalanan Indonesia dalam 10 tahun terakhir, wajar saja jika PB PBSI tak ingin menargetkan muluk-muluk. “Nanti Thomas masuk final, sedangkan putri target masuk semifinal," kata Sekretaris Jenderal PB PBSI, Anton Subowo.

Mesti begitu, Chef de Mission (CdM) Thomas dan Uber Cup Indonesia, Ahmad Budiarto, mengaku target tersebut cukup sulit. Wasekjen PB PBSI ini menilai, targetnya untuk Tim Uber bisa lebih rendah. “Target kami (CdM dan pelatih), Thomas masuk semifinal, dan putri yang realistis masuk 8 besar sudah cukup menggemberikan. Target ini saya pikir lebih realistis," ungkap Ahmad.

Di Piala Thomas, Indonesia berada di Grup B bersama India, Thailand, dan Hong Kong. Sementara Tim Uber di Grup C bersama Bulgaria, Thailand, dan Hongkong. Agar bisa melenggang mulus ke semifinal, mau tak mau Indonesia harus bisa menjadi juara grup.

Pasalnya jika gagal, maka Indonesia harus bersiap melawan tim unggulan seperti Denmark, China, Jepang dan Korea Selatan di perempat final. Untuk lolos ke perempatfinal tak akan berjalan dengan mudah.

Meskipun tim putra kita jadi unggulan di Grup B, bukan berarti India, Thailand, dan Hong Kong adalah lawan yang mudah.

Hong Kong misalnya, permainan tunggal mereka mesti diwaspadai. Mereka memilik tiga pemain tunggal yakni NG Ka Long Angus, Hu Yun dan Wei Nan yang peringkatnya lebih baik ketimbang tunggal putra junior di Indonesia seperti Jonathan Christie dan Anthony Ginting.

Ancaman yang sama datang dari India, lewat Kidambi Srikanth dan Ajay Jayaram. Mesti begitu Indonesia punya head to head cukup baik saat melawan Hongkong dan India. Dua negara ini dihadapi Hendra/Ahsan cs pada waktu Kejuaraan Badminton beregu Asia yang digelar Februari lalu.Kala itu Indonesia berhasil menghajar Hongkong 3-0 di Perempatfinal dan 3-1 India di semifinal.

Dua kemenangan ini didapat berkat performa apik, Anthony Ginting yang mampu mengalahakan unggulan tunggal dua negara tersebut. Pada Thomas kali ini, Ginting kemungkinan besar akan jadi pemain tunggal kedua setelah Tommy Sugiarto.

Kans Indonesia untuk lolos dari grup ini sebagai juara grup cenderung besar jika menilik dari kedigdayaan pada nomor ganda. Pasangan Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan, Angga Pratama/Ricky Suwardi dan Markus Gideon/Kevin Sanjaya masih akan sulit dikalahkan.

Masalah akan muncul pada Tim Uber Indonesia. Unggulan juara grup adalah Thailand bukan Indonesia. Meski pernah satu grup dengan Thailand pada Uber Cup 2014, prestasi tim putri Thailand meningkat pesat dalam dua tahun terakhir.

Di saat kita kesulitan mencari pemain tunggal putri yang berprestasi, Thailand berhasil memoles bakat. Ada Ratchanok Intanon yang kini jadi pebulutangkis tunggal putri kedua terbaik dunia. Ada pula Porntip Buranaprasertsuk yang duduk di peringkat 16 dan Busanan Ongbamrungphan di posisi 20.

Masalah muncul saat unggulan pertama, Lindaweni Fanetri akan absen. Otomatis sektor tunggal putri akan diisi oleh Maria Febe Kusumastuti serta pemain-pemain muda seperti Hanna Ramadini, Fitriani, dan Gregoria Mariska.

Hal lain menimpa ganda putri, yakni Nitya Krishinda Maheswari akan absen. Otomatis Greysia Polii akan tampil diduetkan dengan Tiara Rosalia Nuraidah. Dua pasangan ganda putri lainnya yaitu Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani dan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri.

Dua pasangan muda Indonesia ini akan kesulitan melawan Puttita Suparijakul/Sapsiree Taerattanachai dan Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai yang masuk 20 besar dunia. Sementara ganda putri Indonesia hingga saat ini belum ada yang masuk 20 besar.

Tim Uber Indonesia mungkin tak akan kesulitan melawan Hong Kong atau Bulgaria. Namun, Indonesia akan kesulitan ketika berhadapan dengan Thailand. Jika pada akhirnya Indonesia gagal meraih juara grup, maka lawan di perempatfinal yakni Jepang, Korea Selatan, dan Cina siap menerkam. Karena itu wajar jika banyak orang memprediksikan kedatangan Tim Uber Indonesia ke Kunshan hanya akan sekedar numpang lewat saja.

Beban prestasi kini mutlak ada di tangan tim putra. Tim Thomas Indonesia tak ingin mengulangi kesalahan pada Piala Thomas 2014 silam. Kala itu putra-putra Indonesia datang ke New Delhi, India, dengan keyakinan dapat membawa pulang Piala Thomas kembali ke Ibu Pertiwi.

Tim Indonesia datang dengan amunisi terkuat yang diisi pemain-pemain top dunia yang tengah menanjak prestasinya seperti Tommy Sugiarto, Simon Santoso, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Angga Pratama/Rian Agung Saputro. Formasi itu membuat Tim Thomas Indonesia memang layak untuk diperhitungkan.

Namun kenyataan pahit harus diterima Indonesia saat ditekuk tim Thomas Malaysia yang tak dijagokan pada di babak semifinal dengan skor 0-3. “Percaya diri itu boleh, tetapi tidak boleh berlebihan, karena bisa menjadi bumerang untuk kami,” ujar Hendra Setiawan, Kapten Tim Thomas 2014 dan 2016.

“Memang rasanya kecewa dan sedih sekali kalau ingat kekalahan di Piala Thomas 2014. Tetapi kami banyak belajar dari sana dan kami bisa sukses di Kualifikasi Piala Thomas 2016 kemarin,” tutur Ihsan Maulana Mustofa, pemain tunggal putra.

Apa yang disebutkan Ihsan memang benar adanya. Tim Thomas telah berkaca dari kesalahan sebelumnya dan membuktikan bahwa mereka mampu mengatasi lawan-lawan hingga akhirnya dinobatkan menjadi tim putra terkuat di Asia dengan menggondol gelar Asia Team Championships 2016 yang juga berlaku sebagai babak kualifikasi Piala Thomas zona Asia di Hyderabad, India, Februari lalu.

Hambatan bagi Indonesia muncul karena Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan tidak akan digenjot habis-habisan pada turnamen ini, karena konsentrasi mereka pecah untuk Olimpiade Rio de Janeiro nanti. Namun, pemain lapis yakni Hendra/Ahsan yakni Angga/Ricky dan Markus/Kevin mampu tampil baik tahun ini ini karena berhasil menyabet akan bisa tetap membawa Garuda terbang tinggi, meskipun mentok sampai final atau semifinal.

Lantas, pada Thomas dan Uber Cup tahun ini, kita tampaknya harus legowo tahun ini kegagalan akan kembali kita dapatkan.

Baca juga artikel terkait BULU TANGKIS atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti