Menuju konten utama

60 Persen Warga Masih Ragu Bahkan Tak Mau Vaksinasi COVID-19

Sebanyak 32 persen responden menyatakan enggan menerima vaksin buatan Sinovac-Biofarma dan 27 persen masih ragu-ragu.

60 Persen Warga Masih Ragu Bahkan Tak Mau Vaksinasi COVID-19
Tim medis memeriksa tensi warga dengan komorbid dalam simulasi uji coba vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Abiansemal I, Badung, Bali, Selasa (6/10/2020). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.

tirto.id - Koalisi Warga LaporCovid19.org bersama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menggelar survei terkait pemahaman dan keyakinan masyarakat terhadap obat dan vaksin covid-19.

Hasilnya, sebagian besar masyarakat masih ragu-ragu bahkan tidak mau menerima vaksin COVID-19 maupun obat COVID-19 produksi Sinovac-Biofarma dalam waktu dekat ini.

"Mayoritas responden masih khawatir terhadap pandemi, dan COVID-19 ini berdampak buruk bagi mereka. Namun sayangnya sebagian besar ragu-ragu menerima vaksin dan obat COVID yang disiapakan," kata Koordinator Koalisi Warga LaporCovid19.org Irma Hidayana dalam paparannya secara virtual pada Rabu (4/11/2020).

Dalam survei itu, sebanyak 32 persen responden menyatakan enggan menerima vaksin buatan Sinovac dan Biofarma jika terinfeksi COVID-19, sementara 27 persen masih ragu, dan yang menyatakan persetujuannya hanya 31 persen.

Sebelumnya tiga kandidat vaksin COVID-19 dari Cina yang diproduksi oleh Sinovac Biotech, Sinopharm (China National Pharmaceutical Group Co., Ltd.), dan CanSino Biologics akan masuk ke Indonesia mulai awal November 2020. Impor dipastikan setelah beberapa pejabat Indonesia bertemu pimpinan masing-masing perusahaan langsung di Cina, Sabtu 10 Oktober lalu.

Pemerintah menyebut vaksin dari tiga perusahaan itu sudah masuk pada tahap akhir uji klinis tahap ke-3 dan dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara.

Salah satu perusahaan, Sinovac, sebenarnya telah bekerja sama dengan Bio Farma dan Universitas Padjajaran untuk riset pengembangan vaksin COVID-19 di dalam negeri. Penelitian tim sampai sekarang belum rampung. Uji klinis tahap tiga masih berjalan.

Sedikit perubahan terjadi ketika ditanya soal ketersediaan menerima vaksin Merah Putih yang sedang dikembangkan Lembaga Molekuler Eijkman. Sebanyak 44 persen menyatakan setuju menerima vaksin Merah Putih, hanya 3 persen yang menyatakan tidak setuju, sementara 37 persen lainnya menyatakan ragu-ragu.

Dalam survei itu, sebanyak 41 persen mengaku masih ragu-ragu vaksin bisa melindungi mereka dari paparan COVID-19. Hanya 53 persen yang mengaku yakin vaksin bisa melindungi mereka dan sisanya mengaku tidak yakin dan tidak tahu.

Selain itu sebanyak 32 persen menyatakan setuju bahwa vaksin itu memiliki efek samping. Sebagian besar, 55 persen responden masih ragu-ragu, sisanya mengaku tidak setuju dan tidak tahu.

Hal lain yang terungkap adalah, sebagian besar responden yakni 66 persen menyatakan setuju bahwa proses pengadaan vaksin masih membutuhkan waktu yang panjang. Sebanyak 15 persen mengaku agak setuju dan sisanya menyatakan tidak setuju dan tidak tahu.

Berdasarkan hasil survei tersebut, Irma menilai perlu evaluasi dalam pengembangan vaksin, salah satunya terhadap janji ketersediaan vaksin. Selain itu, untuk mengatasi keragu-raguan masyarakat, diperlukan informasi yang berimbang mengenai vaksin khususnya soal prosesnya, keamanannya, dan kemanjurannya.

Menurut Irma selama ini berita mengenai vaksin didominasi dengan amplifikasi pesan pemerintah yang cenderung mengunggulkan vaksin tersebut.

"Karenanya harus ada upaya-upaya meningkatkan keyakinan masyarakat berbasis kemantapan ilmiah," kata Irma.

Irma menjelaskan, survei ini dilakukan secara virtual dengan melibatkan lebih dari 328 responden. Mayoritas responden berasal dari Jakarta yakni sekitar 22 persen, 20 persen dari Jawa Barat, sisanya dari 32 provinsi di Indonesia.

Jumlah responden terkecil berasal dari Kalimantan Utara yakni 4 orang, Sulawesi Utara 7 orang, Sulawesi Barat 7 orang. Sementara jumlah responden dari provinsi lain lebih dari 10 orang.

Adapun umur responden lebih dari 18 tahun. Pekerjaan responden beragam, ada sopir, pekerja seni, ibu rumah tangga, dosen maupun ASN.

Baca juga artikel terkait VAKSINASI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Bayu Septianto