Menuju konten utama

6 Alasan Mengapa Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah

Mengapa minat baca anak di Indonesia rendah dan cara mengatasinya.

6 Alasan Mengapa Minat Baca Masyarakat Indonesia Masih Rendah
Duta Baca Jawa Barat Ulfah Mawaddah mencari referensi buku melalui aplikasi ePustaka Bandung di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (3/6/2021). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.

tirto.id - Minat baca di kalangan masyarakat di Indonesia yang masih rendah. Merilis dari laman Pemerintah Riau, menurut Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Riau, Erisman Yahya menuturkan bahwa sesuai data UNESCO, Indonesia urutan kedua dari bawah terkait literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah.

Dalam data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, artinya dari 1.000 orang Indonesia, cuma satu orang yang rajin membaca. Hal itu menyebabkan, Indonesia berada di urutan ke-60 dari 61 negara soal minat baca.

Padahal, menurut Erisman, aktivitas membaca sebagai langkah awal dalam menambah wawasan dan pengetahuan. Pasalnya, membaca merupakan jendela dunia. Erisman juga mengkritik masyarakat Indonesia, yang lebih suka menonton, daripada kegiatan membaca.

Kenapa Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah

Merilis dari laman Oversoftware bahwa, rendahnya minat baca masyarakat Indonesia mempunyai beberapa alasan. Adapun 6 alasannya sebagai berikut:

1. Tradisi Lisan

Masyarakat Indonesia lebih dekat dengan tradisi lisan. Hal itu terlihat dari banyaknya cerita seperti dongeng dan lain sebagainya, yang didapatkan secara lisan. Sehingga, masyarakat Indonesia tidak dengan dengan budaya membaca. Karena tradisinya lebih dominan melalui lisan, bukan tulisan.

2. Budaya Sekolah

Selain karena tradisi yang telah berlangsung lama, budaya di ranah sekolah-sekolah Indonesia, membaca merupakan hanya sebagai kewajiban untuk kebutuhan sekolah saja. Sehingga membaca sering dianggap sebagai perilaku yang tidak biasa. Maka, tidak jarang seseorang yang gemar membaca dapat mengundang perundungan, karena dianggap cari muka terlihat rajin.

3. Persaingan dari Bentuk Media Lain

Indonesia terkenal sebagai pengguna media sosial, streaming TV/film, dan game online yang paling tinggi. Bentuk-bentuk media yang lebih interaktif dan visual ini sering kali lebih merangsang siswa secara instan dibandingkan dengan buku, yang membutuhkan tingkat fokus, konsentrasi, dan keterlibatan aktif yang lebih besar. Teknologi telah terbukti sering kali mengurangi tingkat membaca.

4. Kurangnya Akses Bacaan

Berdasarkan penelitian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hanya 61% sekolah dasar yang memiliki perpustakaan, dan dari jumlah tersebut, hanya 31% yang berada dalam kondisi baik. Dengan data ini, menunjukkan bahwa perpustakaan tidak menjadi prioritas di sekolah.

5. Buruknya Kualitas Buku yang Tersedia

Buku-buku yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sekolah-sekolah pada umumnya tidak menarik, terlalu formal, dan ditulis dengan buruk, yang memberikan persepsi negatif kepada siswa tentang buku sejak usia muda. Hal itu diungkapkan oleh pegiat perpustakaan keliling di Indonesia Nirwan Ahmad Arsuka.

6. Kurangnya Buku-Buku Asing yang Tersedia

Terakhir, selain buruknya kualitas buku-buku di perpustakaan sekolah di Indonesia. Akses bacaan terjemahan bahasa Indonesia seringkali hanya bisa diakses di toko-toko. Dan untuk mengaksesnya harganya sangat mahal. Sehingga hanya kalangan tertentu saja, yang bisa menikmati buku-buku tersebut.

Solusi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Indonesia

Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan minat baca di Indonesia, merujuk pada laman resmi Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta disebutkan beberapa solusinya, diantaranya:

1. Meningkatkan Literasi Anak

Membiasakan membaca sejak usia dini dapat membentuk budaya membaca hingga dewasa. Bisa dimulai di sekolah-sekolah dasar. Misalnya di Finlandia, membaca adalah budaya yang sangat dihargai dalam pendidikan. Hal itu yang membuat warga Finlandia tidak hanya menjadi negara dengan pendidikan terbaik. Juga negara yang paling melek huruf di dunia.

2. Mempermudah Akses Bacaan

Danone Indonesia telah memberikan contoh, bagaimana memberikan akses bacaan bagi anak-anak. Misalnya, pada tahun 2021 Danone Indonesia mengadakan program di mana mereka mendonasikan berbagai buku edukasi kepada anak-anak di rumah sakit yang terkena COVID-19. Tidak hanya itu, Danone Indonesia juga memberikan buku-buku yang disumbangkan bukan hanya buku-buku pendidikan, tetapi juga buku-buku fiksi.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Dipna Videlia Putsanra