Menuju konten utama

3 Masalah Ini Timbul jika Petani Lebih Suka Ekspor TBS ke Malaysia

Dalam mengantisipasi anjloknya harga hasil panen TBS sawit, banyak petani yang menjual sawit mentah ke Malaysia dengan harga Rp3.000 hingga Rp4.000 per kg.

3 Masalah Ini Timbul jika Petani Lebih Suka Ekspor TBS ke Malaysia
Pekerja mengumpulkan buah sawit di sebuah RAM Kelurahan Purnama Dumai, Riau, Jumat (21/5/2021). ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.

tirto.id - Sudah beberapa pekan sejak harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit anjlok ke harga Rp250 per kg. Petani sawit sebelumnya bisa menjual TBS dengan harga Rp3.000 per kg, saat harga Indonesia Crude Palm Oil mengalami lonjakan dari tingginya permintaan pasar luar negeri.

Masa-masa itu sudah berakhir bagi petani sawit. Dalam mengantisipasi anjloknya harga hasil panen TBS sawit di dalam negeri, banyak petani yang menjual sawit mentah ke Malaysia. Di sana, petani sawit mengaku hasil panennya dihargai Rp3.000 hingga Rp4.000 per kg.

Meskipun penjualan TBS ke Malaysia membuat petani untung, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkap ada bahaya di balik kondisi tersebut. Pertama adalah potensi devisa yang hilang.

“Ada devisa yang hilang, karena kita jual TBS mentah nih mereka yang ngolah jadi CPO kemudian Malaysia yang melakukan ekspor produk turunannya. Jadi harusnya ada devisa yang harusnya masuk berupa nilai tambah karena yang diekspor Indonesia adalah CPO, tapi ketika yang diekspor adalah TBS sawit itu artinya ada kehilangan potensi devisa,” jelas dia kepada Tirto.id, Rabu (6/7/2022).

Kedua, jika ekspor ini berlangsung lama, suplai TBS untuk CPO di dalam negeri akan terbatas. Kemudian ketiga, ada permasalahan yang belum selesai yaitu adanya kejanggalan, ketika harga minyak goreng curah secara rata-rata nasional di luar harga program atau masih jauh di atas HET namun pengusaha sawit menekan petani swadaya.

“Sehingga ada yang tidak sinkron antara produk turunan dari sawit, salah satunya adalah minyak goreng itu dengan harga TBS di dalam negeri versi petani swadaya. Nah, yang salah jadinya di mana, yang satu itu saya kira ini penegakan dari Permentan ini tidak jalan. Permentan 2018 soal harga acuan TBS kan. Jadi Petani swadaya ini tidak dilindungi dengan fluktuasi harga yang terlalu ekstrim ya,” tandas dia.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan sudah menanggapi kabar yang ramai beredar di media sosial yang terkait petani menjual TBS kelapa sawit ke Malaysia.

"Wajar dong. Di sana mahal Rp 4.500, kita cuma Rp 1.000," kata Mendag Zulkifli di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Senin (4/7/2022).

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan harga TBS masih anjlok sehingga membuat banyak petani sawit panik. Kondisi itu menyebabkan petani memilih menjual ke Malaysia karena harga TBS di sana mencapai Rp 4.500 per kilogram.

"Harga semakin hari semakin turun. Ini yang membuat petani panik sekali dari Aceh sampai Papua. Untuk petani yang berada di perbatasan Malaysia masih bisa selamat karena mereka bisa jual ke sana TBS nya di mana di sana mencapai Rp 3.500 sampai Rp 4.500," kata Gulat.

Baca juga artikel terkait HARGA TBS DI PETANI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Anggun P Situmorang