Menuju konten utama

3 Faktor Ini Dorong Laba BUMN Capai Rp155 T di Kuartal III-2022

Capaian laba Rp155 triliun tidak lepas dari tiga faktor yang mendorong transformasi BUMN dari beban menjadi kekuatan negara.

3 Faktor Ini Dorong Laba BUMN Capai Rp155 T di Kuartal III-2022
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan kata sambutan pada Peluncuran BUMN Startup Day 2022 di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (23/8/2022). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/rwa.

tirto.id - Laba konsolidasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencapai sebesar Rp155 triliun (belum diaudit) hingga kuartal III-2022. Angka itu menunjukkan hasil positif atas kinerja transformasi BUMN.

Laba konsolidasi sebesar Rp155 triliun itu pun meningkat dari laba konsolidasi pada 2021 yang sebesar Rp125 triliun dan meroket dari capaian 2020 yang hanya Rp13 triliun.

Capaian laba tersebut tentunya, tidak lepas dari tiga faktor yang mendorong transformasi BUMN dari beban menjadi kekuatan negara.

Faktor pertama adalah restrukturisasi dan reformasi internal BUMN yang dilakukan melalui kebijakan 'bersih-bersih' untuk perusahaan yang kinerja keuangannya mengalami kerugian akibat kasus korupsi misalnya PT Jiwasraya dan PT Asabri.

Faktor kedua adalah efisiensi berdasarkan sektor melalui kebijakan holding serta penutupan BUMN beserta anak-cucunya yang dinilai tidak perlu dipertahankan.

“Seperti halnya kebijakan pengkonsolidasian BUMN yang memiliki rumah sakit yang tadinya terpencar kini menjadi satu bagian sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif kepada masyarakat,” ujar Ketua Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Kepulauan Riau, Hazhary di Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Dia melanjutkan faktor ketiga adalah inovasi yang ditumbuhkan dari tubuh BUMN.

Hazhary berkata, BUMN sudah mampu melaksanakan restrukturisasi model bisnis lewat pembangunan ekosistem, kerja sama, perkembangan kebutuhan stakeholders, dan fokus pada core business masing-masing.

Menurutnya, BUMN sudah tidak lagi melakukan aktivitas bisnis yang tidak berhubungan dengan kapasitas masing-masing perusahaan.

“Langkah ini juga menjadi penting membuat BUMN bertahan atau bahkan memenangkan persaingan dalam dunia bisnis, salah satu contohnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom guna mempercepat transformasi bisnisnya di era digital,” kata Hazhary.

Inovasi digital dikatakan Hazhary telah membantu perekonomian Indonesia, seperti halnya platform e-commerce yang tumbuh dengan baik saat ini, apalagi di dalamnya didominasi oleh produk-produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengemukakan, laba konsolidasi BUMN mencapai Rp155 triliun (belum diaudit) hingga kuartal III-2022. Angka itu menunjukkan hasil positif atas kinerja transformasi BUMN.

"Artinya, sudah terjadi konsolidasi, efisiensi dan fokus pembangunan ekosistem," kata Erick dikutip Antara, Jakarta, Senin (5/12/2022).

Erick menjelaskan, laba konsolidasi sebesar Rp155 triliun itu meningkat dari laba konsolidasi pada 2021 yang sebesar Rp125 triliun dan meroket dari capaian 2020 yang hanya Rp13 triliun.

Capaian tersebut pun dinilainya turut mendorong kontribusi BUMN bagi negara berupa pajak, bagi hasil, dividen dan PNBP.

"Sampai kuartal III 2022, untuk tiga tahun terakhir pada saat COVID-19, kontribusi total BUMN mencapai Rp1.198 triliun kepada negara yang terdiri dari pajak, bagi hasil dan dividen. Artinya lebih tinggi Rp68 triliun dari kumulatif tiga tahun (2017-2019) yang sebesar Rp1.130 triliun," ungkapnya.

Erick Thohir menjelaskan laba konsolidasi BUMN pada triwulan III 2022 sejatinya lebih besar, yakni mencapai Rp209 triliun karena adanya laba hasil restrukturisasi Garuda Indonesia yang mencapai Rp54 triliun.

"Kita hanya bicara laba yang cash, karena kalau yang cash dan non cash digabungkan jadi tinggi sekali padahal tahun depan belum tentu ada yang non cash sebesar ini," ujarnya.

Erick menambahkan, kinerja BUMN juga terlihat dari performa BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menyebut jika dibandingkan dengan sektor swasta, capital gain emiten BUMN mencapai 8,2 persen dengan cummulative dividend mencapai 9,8 persen.

Sebaliknya, capital gain sektor swasta hanya 5,9 persen dengan cummulative dividend sebesar 4,9 persen. Dengan demikian, tingkat pengembalian yang diterima pemegang saham BUMN mencapai 18 persen, jauh di bawah sektor swasta yang hanya sekitar 10 persen.

"Ini yang menggembirakan, bahwa kalau benchmarking dengan private sector yang ada di bursa, itu kita lihat capital gain sama cummulative dividend itu konsolidasi kita return-nya bisa 18 persen, artinya lebih baik dari private sector di mana private sector, capital gain dan cumulative dividend-nya itu 10,8 persen," katanya.

Menurut Erick, hal itu membuat BEI sangat gembira bisa bekerja sama dengan BUMN yang berkontribusi pada 25 persen pergerakan bursa.

Di sisi lain, rasio utang terhadap modal BUMN juga terus turun dari 38,6 persen pada 2020, menjadi 36,2 persen pada 2021 dan hingga triwulan III 2022 mencapai 34 persen.

"Artinya persepsi ketika BUMN seakan-akan utang, utang, utang, ya memang ada utang, tapi ketika dikonsolidasikan, ini sehat. Kita tidak menutup mata ada BUMN yang tidak sehat. Inilah yang salah satunya kita akan fokuskan untuk kesehatan BUMN itu ada di industri pangan dan pertahanan di 2023," ungkap Erick Thohir.

Baca juga artikel terkait LABA BUMN atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang