Menuju konten utama

223 Rumah Rusak Berat Akibat Banjir Bandang di Luwu Utara

Data sementara, jumlah rumah hanyut sebanyak 10 unit, dan rumah yang tertimbun pasir bercampur lumpur dan air sebanyak 213 unit.

223 Rumah Rusak Berat Akibat Banjir Bandang di Luwu Utara
Sebuah rumah tenggelam lumpur akibat banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Selasa (14/7/2020). ANTARA FOTO/Hariandi Hafid/yu/hp.

tirto.id - Sebanyak 223 unit rumah rusak parah akibat banjir bandang yang menerjang sejumlah kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

"Data sementara, jumlah rumah hanyut sebanyak 10 unit, dan rumah yang tertimbun pasir bercampur lumpur dan air sebanyak 213 unit," sebut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan, Ni'mal Lahamang di Makassar, dilansir Antara, Rabu (15/7/2020).

Dari laporan dan asesmen oleh TRC-PB, Basarnas dan tim gabungan yang bergabung dari beberapa daerah tetangga Kabupaten Luwu Utara, ada enam kecamatan terdampak banjir, masing-masing, Kecamatan Masamba, Sabbang, Baebunta, Baebunta Selatan, Malangke, Malangke Barat.

Sedangkan sisa timbunan lumpur disertai pasir yang mengering usai kejadian di Kecamatan Masamba, daerah ibu kota Kabupaten Luwu Utara mencapai 1-2 meter, selanjutnya di Kecamatan Baebunta, 3-4 meter tepatnya di Desa Rada begitupun di Kecamatan Sabbang, Desa Malimbu dan Desa Salama ketinggian lumpur mencapai 3-4 meter.

Untuk korban jiwa yang ditemukan meninggal dunia sebanyak 16 orang, dengan jumlah kepala keluarga terdampak sebanyak 4.202 KK atau 15.944 jiwa.

"Mengenai pengungsi sementara dilakukan pendataan di titik-titik pengungsian oleh tim, ada tiga posko induk di lapangan yang sudah didirikan dalam penanggulangan bencana," kata Ni'mal.

Sebelumnya, bencana alam banjir bandang menerjang sebagian wilayah Kabupaten Luwu Utara pada 13 Juli pukul 21.00 WITA. Banjir bandang disebabkan hujan dengan intensitas tinggi sejak dua hari terakhir sebelum bencana.

Hujan tersebut menyebabkan Sungai Rongkong, Sungai Meli dan Sungai Masamba meluap hingga terjadi banjir serta tanah longsor di beberapa desa dalam wilayah kabupaten tersebut.

Akibatnya membuat pemukiman penduduk, lahan pertanian dan fasilitas umum serta fasilitas sosial terendam banjir disertai lumpur.

Tidak hanya lumpur yang merendam rumah warga dan pusat perekonomian kota, batang pohon dan kayu diduga dari pembalakan hutan secara ilegal juga ikut masuk ke pemukiman warga hingga menutup permukaan air di sungai setempat.

Baca juga artikel terkait BANJIR BANDANG

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH