Menuju konten utama

20 Tahun Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang Januari 1998

Indonesia memasuki tahun baru 1998 dengan kecemasan: nilai tukar rupiah terus merosot, harga bahan pokok meroket, daya beli menurun.

20 Tahun Reformasi: Yang Terjadi Sepanjang Januari 1998
TVR Kronik Reformasi Januari. tirto.id/Gery

tirto.id - Kejatuhan Soeharto pada 21 Mei 1998 menjadi tapal batas. Historiografi Indonesia kontemporer menyebut zaman kekuasaan Soeharto sebagai "Era Orde Baru, dan setelah 21 Mei sebagai "Era Reformasi".

Kejatuhan Soeharto tidak terjadi tiba-tiba dan sekonyong-konyong. Ada kondisi-kondisi objektif tertentu yang membuat kejatuhan Soeharto hampir menjadi niscaya. Krisis ekonomi yang melanda Asia, dan kemudian menjalar hingga ke Indonesia, menjadi katalisator yang mempercepat keruntuhan Orde Baru.

Saat itu, Indonesia memasuki tahun 1998 dengan kondisi ekonomi yang centang perenang. Nilai tukar rupiah yang anjlok memicu berbagai dampak yang agaknya tak pernah diduga oleh rezim Orde Baru. Harga-harga bahan pokok yang mulai meroket tajam menjadi sinyal kepada rakyat bahwa krisis ekonomi bukanlah diskursus para ekonomi belaka, melainkan kenyataan yang benar-benar akan dirasakan oleh seluruh khalayak.

Situasi menjadi kian sulit karena pada akhir Januari, rentetan hari penting terjadi: 28 Januari merupakan Imlek, sedangkan 30 Januari merupakan hari lebaran. Pada situasi normal pun harga-harga bahan pokok cenderung naik jika mendekati lebaran, apalagi di tengah krisis ekonomi.

Soeharto mencoba meyakinkan publik dengan cara memperlihatkan dukungan yang diberikan oleh Bank Dunia dan IMF. Masih ingat adegan legendaris saat Soeharto menandatangani Letter of Intent dengan IMF di hadapan Michael Camdessus yang berdiri dengan pongah sembari bersidekap? Itu terjadi pada Januari 1998 ini.

Saat itu, Januari bukan hanya menjadi bulan pembuka melainkan juga dentang bel yang menandakan perubahan politik akan segera terjadi.

Berikut peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sepanjang Januari 1998.

1 Januari 1998

Soeharto Imbau Rakyat Rela Berkorban

Dalam pidato menyambut tahun baru 1998, Presiden Soeharto mengimbau kepada rakyat untuk rela berkorban di masa krisis ekonomi. Pemerintah juga telah memiliki berbagai program untuk mengatasi krisis. Menurut Soeharto, program-program tersebut mendapat dukungan IMF dan berbagai negara sahabat. Sementara itu, pemerintah akan menggabung empat bank (Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim, dan Bank Pembangunan Negara) menjadi satu dan mengizinkan pemodal asing menjadi pemegang saham mayoritas bank milik negara. Kebijakan ini adalah antisipasi menghadapi persaingan dengan bank asing pada saat kawasan perdagangan bebas ASEAN berlaku pada 2003.

(Media Indonesia, 2 Januari 1998)

2 Januari 1998

Industri Otomotif Terimbas Krisis

Nilai tukar rupiah terhadap dolar menurun pada pembukaan pasar valas 1998. Pada akhir Desember tercatat nilai tukarnya senilai Rp5.050 dan melemah jadi Rp6.000. Melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan tingginya permintaan dolar oleh para pelaku pasar. Akibatnya, sektor industri otomotif mulai terimbas krisis moneter. Beberapa perusahaan seperti Astra International, Bimantara, Indomobil, dan Bakrie menunda pembangunan pabrik serta investasi mereka. Agar bertahan dari krisis, mereka menurunkan produksi, mengurangi gaji eksekutif, dan melakukan PHK.

(Media Indonesia, 3 Januari 1998)

3 Januari 1998

Penerimaan dari Sektor Non-Migas Menurun

Komposisi APBN 1998/99 akan berubah drastis karena krisis ekonomi. Penerimaan dari sektor non-migas menurun karena rendahnya pendapatan pajak dan pendapatan dari sektor migas dan utang luar negeri tetap tinggi. Kondisi ini seakan-akan mengulangi keadaan pada 1980-an. Sementara itu, beberapa amuk massa di daerah mewarnai awal 1998. Sebuah kerusuhan terjadi di Ambon tanpa sebab yang jelas.

(Jakarta Post dan Media Indonesia, 4 Januari 1998)

4 Januari 1998

Harga Obat Naik dan Tarif Rumah Sakit Naik

Menteri Kesehatan Sujudi mengatakan, harga obat generik di Indonesia akan dinaikkan sebesar 10-15% mulai April 1998. Ini merupakan imbas krisis moneter yang berkepanjangan. Menkes juga menyarankan kepada produsen obat paten agar tidak menaikkan harga terlalu tinggi. Kenaikan tarif juga akan berlaku untuk layanan rumah sakit.

(Media Indonesia, 5 Januari 1998)

5 Januari 1998

Satu Setengah Juta Orang Terancam PHK

Nilai tukar mata uang Asia melemah secara serentak, sekaligus menjadi titik terendah baru. Kurs rupiah menembus angka Rp6.800 per dolar. Kemerosotan ini didorong kekhawatiran para pelaku pasar terhadap situasi politik Indonesia menjelang Sidang Umum MPR. Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan perkiraan peningkatan pengangguran terbuka. Jumlah pengangguran terbuka pada 1998 akan meningkat menjadi 5,8 juta orang. Jumlah itu meningkat sebesar 1,4 juta orang dibanding 1997 yang mencapai 4,4 juta orang. Diperkirakan pula akan ada sekitar 1,5 juta orang pekerja yang potensial terkena PHK. Para ahli juga memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami penurunan dari 5% pada 1997 menjadi 3,5% pada 1998.

(Media Indonesia, 6 Januari 1998)

6 Januari 1998

Amien Rais Mengajak Gus Dur dan Mega Bersatu Membenahi Bangsa

Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais akan mengajak Ketua PBNU Abdurrahman Wahid (Gus Dur) serta Megawati Sukarnoputri untuk bersatu dalam sebuah kelompok guna melakukan koreksi sekaligus memulihkan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Menurut Amien Rais, antara dirinya dan Gus Dur serta Megawati memiliki kesamaan cita-cita, yaitu ingin menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Menurutnya, jika kerja sama itu berhasil akan menghasilkan daya dorong dan daya hentak politik yang kuat.

APBN Menurun karena Depresiasi Rupiah

Volume pendapatan dalam RAPBN 1998/99 meningkat 32,1% menjadi Rp133,4 triliun dibanding anggaran berjalan sebesar Rp101,08 triliun. Meski nominalnya meningkat, secara riil APBN mengalami penurunan akibat depresiasi rupiah. Asumsi penyusunan RAPBN itu didasarkan pada pertumbuhan ekonomi 4%, inflasi 9%, dan produksi minyak mentah 1,520 juta barel per hari dengan harga $17 per barel. Sementara itu, pajak tidak lagi menjadi andalan sumber pendapatan.

(Media Indonesia, 7 Januari 1998)

7 Januari 1998

Anggaran Kontingen Asian Games Dikurangi

KONI terpaksa mengurangi jumlah cabang olahraga yang akan diikuti dalam Asian Games XIII Bangkok karena terimbas krisis moneter. Menteri Pemuda dan Olahraga Hayono Isman mengatakan, sejak Desember tahun lalu KONI telah mengajukan anggaran sebesar Rp11,5 miliar kepada pemerintah untuk mengirim kontingen Indonesia. Namun, setelah Presiden mengumumkan RAPBN 1998/99, ternyata anggaran yang dapat dipenuhi cuma Rp2 miliar. Hanya cabang olahraga yang berpeluang besar meraih medali saja yang akan dikirim.

Rupiah Merosot, Indeks Harga Saham Jatuh

Kurs rupiah jatuh ke rekor terendah yaitu Rp8.450 per dolar. Sebabnya adalah tanggapan dingin pasar keuangan terhadap RAPBN 1998/99. Angka itu membaik menjadi Rp7.900 per dolar saat penutupan pasar. Melemahnya kurs rupiah juga memicu jatuhnya indeks harga saham di Jakarta Stock Exchange sebesar 400 poin.

(Jakarta Post dan Media Indonesia, 8 Januari 1998)

8 Januari 1998

Masyarakat Panik karena Isu Lonjakan Harga Barang

Tersebar desas-desus harga bahan-bahan pokok naik drastis akibat melemahnya rupiah. Isu itu membuat masyarakat panik. Di Jakarta, misalnya, masyarakat menyerbu pasar-pasar swalayan seperti pusat perkulakan Goro di Pasar Minggu dan swalayan Gelael. Karena masyarakat banyak memborong barang secara “gila-gilaan”, sejumlah swalayan terpaksa membatasi pembelian dalam jumlah besar. Atas kejadian ini, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Tunky Ariwibowo mengimbau agar masyarakat tenang karena pemerintah menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok. Tunky juga memperingatkan produsen agar tidak menghambat suplai barang.

(Media Indonesia, 9 Januari 1998)

9 Januari 1998

Beras Menghilang di Pasaran

Sehari setelah munculnya isu kenaikan harga bahan pokok yang membuat masyarakat panik, beras mulai menghilang dari pasaran. Di Palembang, misalnya, beras hampir lenyap. Di beberapa pasar induk yang jadi pusat penjualan beras seperti Pasar 16 Ilir dan Pasar Cinde tak ada lagi pedagang yang menjual beras. Kalaupun ada, harganya melambung. Kenaikan harga beras juga diikuti oleh kebutuhan pokok lain. Gula pasir dari Rp1.500/kg naik jadi Rp1.800/kg, minyak goreng dari semula Rp3.600/kg naik jadi Rp4.200/kg.

Clinton Menelepon Soeharto

Presiden Amerika Serikat Bill Clinton menyatakan keprihatinannya atas krisis moneter yang melanda Indonesia kepada Presiden Soeharto via telepon. Clinton berbicara dengan Soeharto selama setengah jam. Menteri Sekretaris Negara Moerdiono menjelaskan, Clinton mendukung pelaksanaan program-program yang disokong IMF. Ia juga akan mengutus Wakil Menteri Keuangan AS Lawrence Summers ke Indonesia. Summers akan melihat langsung perkembangan ekonomi Indonesia dan memberi saran-saran kepada Soeharto.

(Media Indonesia, 10 Januari 1998)

10 Januari 1998

Megawati Siap Maju sebagai Calon Presiden

Dalam pidato menyambut harlah ke-25 Partai Demokrasi Indonesia, Megawati menyatakan siap mencalonkan diri sebagai presiden jika itu menjadi kehendak rakyat. Ia mengurai beberapa permasalahan nasional mulai dari korupsi, kedaulatan rakyat, hingga masalah krisis. Megawati juga menekankan perlunya reformasi ekonomi dan politik agar permasalahan bangsa segera teratasi.

Pengusaha Pangan Minta Keringanan Pajak

Usai mengadakan pertemuan tertutup dengan para produsen bahan kebutuhan pokok di Jakarta, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Tunky Ariwibowo mengatakan bahwa kalangan industri pangan memberikan jaminan untuk memasok barang dalam jumlah cukup dan menciptakan harga jual yang wajar. Hasil pertemuan lainnya adalah kedua pihak akan berupaya menetapkan harga yang tidak membuat panik masyarakat. Para pengusaha industri pangan juga meminta kepada pemerintah untuk meringankan beban pajak dan pungutan lainnya yang harus ditanggung produsen.

(Kompas dan Pikiran Rakyat, 11 Januari 1998)

11 Januari 1998

Harga Kertas Melambung, Mahasiswa Limbung

Krisis moneter turut melambungkan harga kertas. Kondisi itu dikeluhkan kalangan penerbit surat kabar, majalah dan buku, hingga para pelajar dan mahasiswa. Harga kertas HVS di Jakarta naik hampir 100% dan di Yogyakarta sampai 300%. Kondisi ini sangat memberatkan bagi mahasiswa karena banyak memanfaatkan kertas untuk mengerjakan tugas. Di Yogyakarta, misalnya, harga kertas HVS yang sebelumnya dijual Rp12.500-15.000/rim kini melambung jadi Rp40.000-45.000/rim. Mereka bahkan perlu patungan hanya untuk membeli kertas HVS.

(Kompas, 12 Januari 1998)

11 Januari 1998

Pemerintah Melaksanakan Seluruh Program IMF

Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan via telepon dengan PM Jepang Ryutaro Hashimoto dan Kanselir Jerman Helmut Kohl. Usai pembicaraan tersebut, Soeharto menegaskan bahwa pemerintah akan melaksanakan seluruh komitmen dan program yang telah mendapat dukungan IMF untuk memulihkan kepercayaan masyarakat dalam maupun luar negeri. Sebelumnya, Soeharto sempat mengadakan pertemuan dengan Wakil I Direktur Pelaksana IMF Stanley Fischer selama 1,5 jam. Hasil pertemuan itu menyebutkan, secara prinsip Indonesia dan IMF telah memiliki kesamaan pandangan soal program pemulihan ekonomi.

(Kompas, 13 Januari 1998)

13 Januari 1998

Reformasi Ekonomi Dilaksanakan Secepatnya

Presiden Soeharto bertemu dengan Wakil Menteri Keuangan AS Lawrence Summers. Hasil pertemuan itu adalah pelaksanaan secepat-cepatnya program-program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan keuangan. Secara terpisah, Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan penyesuaian terhadap beberapa program pembangunan yang akan dibicarakan dengan Direktur Pelaksana IMF Michael Camdessus. Sementara itu, Menperindag Tunky Ariwibowo seusai bertemu Lawrence Summers menyatakan akan mengusulkan sektor ekspor dan UKM sebagai prioritas dalam program pembangunan.

Mahasiswa Memprotes Kenaikan Harga

Unjuk rasa sebagai reaksi atas mahalnya harga sembako terjadi di Surabaya dan Medan. Di Surabaya, sekitar 200 mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa menuntut penurunan harga sembako sekaligus menuntut reformasi ekonomi dan politik. Di Medan, aksi dan tuntutan serupa dilakukan sekitar 50 orang Eksponen 66.

(Pikiran Rakyat dan Republika, 14 Januari 1998)

14 Januari 1998

Mahasiswa ITB Gelar Aksi Keprihatinan

Puluhan mahasiswa ITB yang mengatasnamakan diri Keluarga Mahasiswa ITB menggelar aksi keprihatinan atas krisis ekonomi di Indonesia yang tak kunjung terselesaikan. Mereka melakukan aksi di lapangan basket ITB. Para mahasiswa menuntut penyelesaian krisis yang transparan, konkret, dan logis serta meminta dihentikannya penggunaan retorika politik untuk mengatasi krisis.

(Pikiran Rakyat, 15 Januari 1998)

15 Januari 1998

Soeharto Menyerah kepada IMF

Presiden Soeharto menandatangani Letter of Intent dengan IMF. Ia menegaskan, setelah tercapai kesepakatan dengan IMF, RAPBN 1998/99 tak lagi mencantumkan angka pertumbuhan 4%, melainkan 0%, dengan laju inflasi 20% dan kurs Rp5.000 per dolar. Langkah itu akan dipertegas dengan penghapusan monopoli. Anggaran subsidi BBM masih dicantumkan, tetapi suatu waktu akan dicabut untuk menyehatkan ekonomi.

Usai Soeharto menandatangani Letter of intent, Direktur Pelaksana IMF Michel Camdessus yakin kali ini pemerintah Indonesia serius melaksanakan program reformasi ekonomi. Camdesssus berkata bahwa awalnya ia mengira Soeharto tak mau menandatangani kesepakatan itu karena akan memangkas proyek-proyek monopoli yang melibatkan koneksi pribadinya. Tapi, Soeharto akhirnya setuju memotong perlakuan khusus bagi program Mobil Nasional dan memberikan kelonggaran bagi produsen mobil Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.

(Kompas dan Pikiran Rakyat, 16 Januari 1998)

16 Januari 1998

Koran-Koran Terpukul Akibat Kenaikan Harga Kertas

Lonjakan harga kertas akibat krisis ekonomi memukul penerbit koran nasional maupun daerah. Pemerintah telah berupaya menekan harga kertas dengan menangguhkan pembayaran PPN dan PPh impor kertas, namun tak berhasil. Karena kondisi itu, sejumlah perusahaan koran terpaksa mengurangi jumlah halaman dan penghematan biaya non-operasional.

(Kompas dan Republika, 17 Januari 1998)

17 Januari 1998

Toko Sembako Dijarah

Aksi penjarahan terhadap toko yang diduga menimbun sembako terjadi di Banyuwangi. Penjarah diperkirakan sekitar 100 orang. Aksi itu terjadi pada malam hari ketika toko sudah tutup. Beruntung, aparat keamanan bertindak cepat sehingga aksi itu dapat digagalkan. Sebelumnya telah terdengar isu akan adanya penjarahan di sekitar Pasar Muncar, Banyuwangi, namun tak terjadi. Sehari sebelumnya sejumlah massa juga mengepung sebuah penggilingan padi dan memaksa pemiliknya menjual beras dengan harga lebih murah daripada harga pasar.

(Kompas, 18 Januari 1998)

18 Januari 1998

Daya Beli di Perbatasan Melemah

Krisis moneter juga berdampak pada masyarakat di perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Sejak dua pekan terakhir, jumlah warga Kalbar yang melintas di perbatasan Badau (Kapuas Hulu)-Lubok Antu (Serawak) terus menurun. Mereka tak sanggup membeli barang-barang buatan Malaysia akibat nilai rupiah yang makin merosot. Di toko perbatasan, warga Kapuas Hulu biasa membeli hingga 50 kg beras dan 3 kg gula. Sekarang, paling banyak hanya mampu membeli 10 kg beras dan 2 kg gula.

Pengamat: Aliansi Amien-Mega Tak Menyelesaikan Persoalan

Pakar politik UI Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin menyatakan, aliansi Amien Rais-Megawati tak akan menyelesaikan persoalan yang dihadapi Indonesia. Aliansi semacam itu tak memberikan pendidikan politik yang baik karena seakan-akan bergerak di luar mekanisme konstitusi. Jika pun aliansi itu terbentuk, sifatnya temporer saja. Sebabnya, kedua tokoh itu beraliansi atas dasar kesamaan target jangka pendek belaka.

(Kompas dan Media Indonesia, 19 Januari 1998)

19 Januari 1998

Pemerintah Harus Mengatasi Kartel dan Monopoli Kertas

Pemerintah harus mengambil langkah untuk menyelamatkan industri media dan perbukuan nasional. Demikian rangkuman pendapat dari anggota Komisi V DPR Mahadi Sinambela dan Ketua Komisi I DPR Aminullah Ibrahim menanggapi banyaknya perusahaan surat kabar yang terancam gulung tikar akibat lonjakan harga kertas. Mahadi mengatakan bahwa pemerintah harus mengatasi masalah kartel dan monopoli kertas.

(Media Indonesia, 20 Januari 1998)

20 Januari 1998

Harmoko: Soeharto Bersedia Dicalonkan Lagi

Ketua DPP Golkar Harmoko menyatakan bahwa Soeharto bersedia dicalonkan kembali untuk masa bakti 1998-2003. Pernyataan itu diucapkan usai bertemu Soeharto di Bina Graha guna menyampaikan hasil pengecekan aspirasi masyarakat terkait pencalonannya. Pengecekan tersebut adalah permintaan Soeharto sendiri pada 1997.

Rupiah Kian Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar kian melemah. Di pasar uang antarbank, rupiah sempat menembus angka psikologis Rp10.600 per dolar. Itu terjadi sejak pembukaan pasar hingga siang. Bank Indonesia kemudian menginjeksi sebesar Rp2,825 triliun sehingga kurs sedikit menguat di angka Rp9.900 per dolar..

(Republika, 21 Januari 1998)

21 Januari 1998

Pemerintah Merevisi RAPBN

Soeharto untuk pertama kalinya memimpin sidang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK) di Bina Graha. Sidang pertama ini mengeluarkan beberapa keputusan dan instruksi penting menyangkut penghapusan monopoli dan pelaksanaan program reformasi yang radikal. Dewan juga memutuskan pemerintah akan segera merevisi RAPBN 1998/99 dengan tetap menerapkan prinsip anggaran belanja berimbang.

Try Sutrisno: Bulog Harus Melakukan Operasi Pasar

Wapres Try Sutrisno memerintahkan agar Bulog terus melaksanakan operasi pasar untuk meredam kenaikan harga sembako. Ia juga meminta Bulog terus memantau perkembangan pasar. Karena monopoli dagang gula, terigu, dan kedelai yang selama ini dipegang Bulog telah dicabut, Bulog harus beradaptasi menjadi perusahaan yang efisien, efektif, dan produktif.

(Media Indonesia dan Republika, 22 Januari 1998)

22 Januari 1998

Indonesia Minta Bantuan Jepang

Indonesia meminta bantuan Jepang terkait masalah utang swasta dan letter of credit (L/C). Permohonan bantuan itu disampaikan Soeharto kepada Menteri Luar Negeri Jepang Masahiko Komura saat keduanya bertemu di Cendana. Masahiko Komura juga menjanjikan bantuan sebesar US$160 juta yang bisa dicairkan segera.

Amien: Rupiah Lemah Karena Permainan Politik

Amien Rais menyatakan bahwa keterpurukan rupiah sekarang ini menunjukkan adanya permainan politik yang vulgar untuk menjatuhkan pemerintah. Pernyataan itu adalah respons Amien Rais setelah kurs rupiah sempat menyentuh Rp15.000 per dolar. Amien mengakui memang sering berbeda pendapat dengan pemerintah dan bahkan menganjurkan suksesi kepemimpinan. Namun, ia menyatakan tak terima setelah mengamati cara-cara vulgar yang dilakukan beberapa pihak dalam dan luar negeri.

(Media Indonesia dan Republika, 23 Januari 1998)

23 Januari 1998

PPP Resmi Mencalonkan Soeharto

Ketua Umum DPP PPP Ismail Hasan Metareum mengumumkan bahwa partainya secara resmi mencalonkan Soeharto sebagai presiden periode 1998-2003. Keputusan itu telah ditetapkan sejak Rapim V PPP pada 13-15 Desember 1997 dan sudah disampaikan kepada Soeharto pada 7 Januari 1998.

Pengamat: Ada yang Memaksakan Seseorang Jadi Wapres

Wakil Ketua DPR Syarwan Hamid menanggapi pernyataan Amien Rais yang mengatakan bahwa melemahnya rupiah sekarang ini menunjukkan adanya permainan politik untuk menjatuhkan pemerintah. Syarwan Hamid menyatakan, melemahnya rupiah memang disebabkan permainan politik. Ia menambahkan bahwa tindakan-tindakan politik yang menyengsarakan rakyat itu adalah sebuah pengkhianatan. Pengamat ekonomi UGM Anggito Abimanyu juga membenarkan anggapan itu. Menurutnya, biang melemahnya rupiah adalah para konglomerat yang selama ini mendapat kemudahan dan perlindungan pemerintah. Mereka hendak memaksakan seseorang untuk jadi wakil presiden.

(Republika, 24 Januari 1998)

24 Januari 1998

Jepang, Singapura, AS Bersedia Membantu Indonesia

Wakil Menteri Keuangan Jepang Eisuke Sakakibara dalam wawancaranya dengan Tokyo Shinbun mengatakan bahwa Jepang akan membentuk front terpadu bersama Singapura dan AS untuk membantu Indonesia. Sebelumnya, pada November 1997, Sakakibara telah menjalin kesepakatan dengan Singapura untuk menawarkan bantuan $5 miliar kepada Indonesia. Jepang sendiri berencana menyediakan bantuan tambahan sebesar $400 juta untuk mendukung program reformasi.

(Kompas, 25 Januari 2018)

25 Januari 1998

Sri Mulyani: Kemampuan Intervensi Pemerintah Melemah

Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi UI Sri Mulyani Indrawati mengatakan, krisis ekonomi yang memicu laju inflasi kini tak bisa lagi dikontrol melalui instrumen-instrumen teknik ekonomi. Ini lantaran kemampuan pemerintah mengintervensi pasar sudah melemah. Menurutnya, untuk mengatasi krisis, pemerintah harus menaikkan perolehan devisa dengan menggenjot ekspor, meningkatkan infrastruktur, dan menahan arus keluarnya devisa.

Kasospol ABRI: Ada Konspirasi di Balik Merosotnya Rupiah

Kasospol ABRI Letjen. Yunus Yosfiah membenarkan kemungkinan adanya konspirasi politik di balik merosotnya nilai rupiah. Apalagi suhu politik mendekati Sidang Umum MPR sedang menghangat. Sementara itu, Amien Rais kembali menegaskan pernyataannya bahwa konspirasi politik itu terkait dengan kelompok-kelompok tertentu yang memaksakan terjadinya suksesi kepemimpinan nasional.

(Kompas dan Republika, 26 Januari 1998)

26 Januari 1998

Pengamat: Akuisisi Asing Segera Terjadi

Pengamat pasar modal dan Direktur Sigma Research Institute Jasso Winarto mengatakan, gelombang akuisisi perusahaan Indonesia oleh pemodal asing diperkirakan segera terjadi jika tak dapat menyelesaikan utang luar negeri mereka. Jika perusahaan gagal bayar utang, cara satu-satunya untuk menyelamatkan dana adalah mengkonversi piutang menjadi ekuitas.

Koran Tetap Terbit Meski Krisis

Sejumlah penerbit surat kabar di Jakarta dalam pertemuan yang diselenggarakan Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) menyatakan akan tetap terbit walaupan dilanda krisis finansial. Mereka memilih bertahan karena idealisme pers. Sementara itu di Surabaya, 90% anggota Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jawa Timur terpaksa menghentikan pencetakan buku baru setelah upaya efisiensi produksi gagal.

(Kompas, 27 Januari 1998)

27 Januari 1998

BI Menjamin Bank-Bank Gagal Bayar

Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad mengatakan bahwa pemerintah telah memulai langkah untuk memulihkan kepercayaan pada perekonomian nasional dengan menjamin pendanaan bagi sektor perbankan. Pemerintah juga berjanji akan mengupayakan penundaan pembayaran utang swasta. Apabila terdapat bank yang kesulitan dalam memenuhi kewajiban, Bank Indonesia akan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa pembayaran dapat dilaksanakan.

Minyak Goreng Langka Di Mana-Mana

Di beberapa pasar tradisional, minyak goreng menjadi barang langka. Kelangkaan minyak goreng sudah terjadi setidaknya dalam dua minggu. Diduga produsen sengaja menahan produknya sampai awal April, ketika ekspor minyak dibuka lagi.

(Media Indonesia dan Republika, 28 Januari 1998)

28 Januari 1998

Tahun baru Imlek (libur nasional).

29 Januari 1998

Muhammadiyah merayakan hari raya Idul Fitri 1418 Hijriah.

30-31 Januari 1998

Hari raya Idul Fitri 1418 Hijriah dan libur nasional (ketetapan resmi pemerintah).

Baca juga artikel terkait REFORMASI 1998 atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Politik
Reporter: Fadrik Aziz Firdausi
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Zen RS