Menuju konten utama
Kronik Reformasi

19 Mei 1998: Soeharto Belum Mau Mundur

Entah keras kepala, entah gagap melihat situasi, Soeharto belum mau mundur juga. Ia mencoba bertaktik dengan bertemu para ulama dan tokoh masyarakat.

19 Mei 1998: Soeharto Belum Mau Mundur
Ilustrasi Kronik Reformasi (19 Mei 1998). tirto.id/Gery

tirto.id - Setelah bertemu dengan para ulama dan tokoh masyarakat di Istana Merdeka selama 2,5 jam, Soeharto tetap menyatakan tekad untuk tidak mundur dan membentuk Komite Reformasi yang akan dipimpin langsung olehnya. Setelah berkuasa tiga dekade lebih, ia bahkan tidak memahami situasi yang berkembang. Ia tetap keras kepala mempertahankan kekuasaannya.

Berikut peristiwa kunci yang terjadi pada 19 Mei 1998.

19 Mei

Mahasiswa Tuntut Sidang Istimewa Secepatnya

Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi masih menduduki gedung DPR/MPR sampai malam. Mereka mengancam tidak akan pulang sebelum ada kepastian pelaksanaan Sidang Istimewa. Aksi yang dimulai sejak sehari sebelumnya ini berlangsung tertib. Para mahasiswa terus berdatangan secara berkelompok. Selain menuntut Soeharto mundur, mereka juga meminta anggota dewan tidak meninggalkan gedung agar Sidang Istimewa bisa dilakukan secepatnya. Tiap jalan keluar diblokir mahasiswa. Setiap pengendara yang lewat diminta menunjukkan kartu identitas.

Soeharto Tak Mau Mundur Sekarang

Presiden Soeharto merespon situasi yang berkembang dengan mengadakan pertemuan bersama para tokoh masyarakat dan ulama di Istana Merdeka hingga 2,5 jam. Usai pertemuan, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri secara konstitusional dengan mekanisme pergantian presiden dan wakil presiden tetap melalui Sidang Umum MPR. Soeharto juga akan membantu Komite Reformasi dan memimpin sendiri reformasi di berbagai bidang.

(Media Indonesia dan Republika, 20 Mei 1998)

Baca juga artikel terkait REFORMASI 1998 atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman & Fadrik Aziz Firdausi
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Zen RS