Menuju konten utama
Kronik Reformasi

18 Mei 1998: Ketua MPR Desak Soeharto Mundur

Mahasiswa berhasil menguasai gedung DPR/MPR dan sang ketua parlemen mendesak Soeharto segera mundur.

18 Mei 1998: Ketua MPR Desak Soeharto Mundur
Ilustrasi Kronik Reformasi (18 Mei 1998). tirto.id/Gery

tirto.id - Ibarat pertandingan tinju, posisi Soeharto sudah terdesak ke pojokan ring gara-gara kena pukul bertubi-tubi. Tiran Orde Baru ini tinggal menunggu waktu saja untuk jatuh KO. Mahasiswa berhasil menduduki gedung DPR/MPR dan tuntutan mundur kepada Soeharto memasuki tahap paling serius. Pada hari yang sama, Ketua DPR/MPR Harmoko—yang hanya dua bulan sebelumnya mendorong Soeharto mencalonkan diri lagi—mendesak presiden untuk mundur.

Berikut peristiwa kunci yang terjadi pada 18 Mei 1998.

18 Mei

Mahasiswa Kuasai Gedung DPR/MPR

Para mahasiswa mulai menduduki gedung DPR/MPR. Komplek kantor wakil rakyat ini diwarnai sorak-sorai ribuan mahasiswa, puluhan cendekiawan, dan beberapa pensiunan jenderal. Mereka semua menuntut reformasi dan mendesak presiden untuk menyampaikan pertanggungjawaban dan mengundurkan diri dari jabatannya. Menjelang sore, sekitar pukul 15.00, ratusan mahasiswa meninggalkan gedung DPR/MPR sambil menyanyikan yel-yel ciptaan sendiri tentang reformasi.

Harmoko Desak Soeharto Mundur

Ketua DPR/MPR Harmoko mengharapkan agar Presiden Soeharto mundur dari jabatan sesuai tuntutan reformasi rakyat dan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Agar bisa segera memproses pengunduran diri Soeharto, Harmoko akan mengadakan rapat pimpinan fraksi. Sebanyak 33 anggota fraksi memberi dukungan atas pelengseran Soeharto. Ketua FPP DPR Hamzah Haz meminta kepada pimpinan dewan untuk melaksanakan sidang istimewa.

(Media Indonesia dan Republika, 19 Mei 1998)

Baca juga artikel terkait KRONIK REFORMASI atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman & Fadrik Aziz Firdausi
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Zen RS