Menuju konten utama
Kronik Reformasi

17 Mei 1998: Kehidupan Sehari-Hari Mulai Pulih

Setelah dilanda kerusuhan selama tiga hari, kehidupan mulai berjalan normal kembali.

17 Mei 1998: Kehidupan Sehari-Hari Mulai Pulih
Ilustrasi Kronik Reformasi (17 Mei 1998). tirto.id/Gery

tirto.id - Dalam suasana yang sudah agak tenang tapi masih mencekam, orang-orang mulai beraktivitas seperti sedia kala. Setelah itu, spanduk bertuliskan "pro reformasi" dibentangkan di pelbagai penjuru kota. Penguasa tinggal menghitung hari menuju kejatuhannya.

Berikut peristiwa kunci yang terjadi pada 17 Mei 1998.

17 Mei

Kerugian Jiwa Tak Ternilai Harganya

Kerugian yang dialami selama kerusuhan mencapai triliunan rupiah menurut Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita. Kerugian paling besar adalah rusaknya sistem perekonomian secara keseluruhan dari hulu ke hilir. Tetapi menurutnya, kerugian jiwa lebih tidak ternilai harganya terkait banyaknya korban tewas selama kerusuhan.

Kehidupan Sehari-Hari Mulai Pulih

Kehidupan sehari-hari berangsur pulih. Para pemilik toko di Semarang, yang beberapa hari terakhir menutup toko karena takut terjadi kerusuhan, mulai membuka toko mereka. Di Surabaya, yang sempat terjadi amuk massa di sejumlah tempat, kegiatan perniagaan sudah mulai pulih dan berjalan normal. Aparat masih terus berjaga-jaga di berbagai kota. Sementara itu, sejumlah spanduk yang bertuliskan “pro reformasi” mulai bertebaran di mana-mana.

(Media Indonesia, 18 Mei 1998)

Baca juga artikel terkait REFORMASI 1998 atau tulisan lainnya dari Ivan Aulia Ahsan

tirto.id - Politik
Reporter: Tony Firman & Fadrik Aziz Firdausi
Penulis: Ivan Aulia Ahsan
Editor: Zen RS