Menuju konten utama

1.580 Dosen Tak Lulus Sertifikasi

Pada ujian sertifikasi tahap pertama yang dilakukan Kemenristekdikti, sebanyak 1.580 dosen dari sejumlah perguruan tinggi di penujuru nusantara tidak lulus program sertifikasi dosen ini.

1.580 Dosen Tak Lulus Sertifikasi
Ilustrasi. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir. Antara foto/Yusran Uccang.

tirto.id - Program sertifikasi yang diselenggarakan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sejatinya ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan menyejahterakan para pendidik. Namun, faktanya ternata masih banyak dosen yang tidak lulus ujian sertifikasi lantaran rendahnya nilai gabungan dan deskripsi diri.

“Sebagian besar para dosen menulis deskripsi diri mereka mencontek atau 'copy paste' dari dosen yang telah lulus sertifikasi," kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, di Jakarta, Minggu (14/8/2016) seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Pada ujian sertifikasi tahap pertama yang dilakukan Kemenristekdikti, sebanyak 1.580 dosen dari sejumlah perguruan tinggi di penujuru nusantara tidak lulus program sertifikasi dosen ini.

"Jumlah dosen yang mengikuti sertifikasi dosen tahap pertama sebanyak 4.512 dosen. Sedangkan kuota sertifikasi untuk tahun ini hanya 10.000 dosen," ujarnya.

Menurutnya, dengan demikian, untuk tahap pertama jumlah dosen yang lolos sertifikasi untuk tahap pertama sebanyak 2.932 orang.

Penyebab utama banyak dosen yang tak lulus sertifikasi dosen adalah rendah nilai gabungan dan deskripsi diri. Ghufron memperkirakan para dosen yang tidak lulus itu mencontek deskripsi diri dari dosen yang telah lulus sertifikasi dengan harapan bisa lulus juga.

Padahal tim sertifikasi memberi perhatian lebih pada keaslian deskripsi diri tersebut.

"Dosen kita itu lihat ada yang lulus langsung mencontek. Padahal itu harus dihindari dan diperingatkan. Menurut saya, besok di situsnya harus diperingatkan kalau 'copas' dijamin tak lulus," kata dia lagi.

Banyak dosen yang tak lulus sertifikasi tersebut, lanjut dia, merugikan keuangan negara karena pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp800.000 untuk tiap dosen yang melaksanakan uji kompetensi/sertifikasi itu.

"Ini sangat merugikan, kami akan memikirkan bagaimana mekanismenya agar para dosen yang tak lulus ini bisa lulus. Tentunya harus melalui serangkaian tes lagi," kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu pula.

Seorang Tim Data Sertifikasi Dosen Nasional Sugianto mengatakan sebagian besar penyebab ketidaklulusan dikarenakan 'copas'.

"Deskripsi diri merupakan tulisan mengenai diri dosen itu, ke depannya dia seperti apa. Tulisannya naratif," ujar Sugianto.

Nilai maksimum untuk sertifikasi dosen itu adalah tujuh.

Disinggung apakah jumlah deskripsi diri 'copas' semakin banyak atau turun, Sugianto menyebutkan bahwa jumlahnya turun dibandingkan tahun lalu.

"Tahun lalu 27 persen, tahun ini menurun menjadi 20 persen," ujarnya pula.

Ke depan, dia berharap semakin banyak dosen yang memperhatikan keaslian dari deskripsi diri tersebut.

Sebelumnya, tim seleksi sertifikasi melakukan yudisium kelulusan selama beberapa hari di Yogyakarta.

Baca juga artikel terkait DOSEN atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Abdul Aziz
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz