Menuju konten utama

145 Orang dalam Pantauan & 30 Pengawasan Terkait Corona di Jakarta

Selain itu, sudah ada 121 orang yang telah selesai masa pemantauannya karena dinyatakan sehat dan 34 orang "suspect" yang berada dalam pengawasan sudah pulang dalam kondisi sehat.

145 Orang dalam Pantauan & 30 Pengawasan Terkait Corona di Jakarta
Ilustrasi. Petugas mengecek suhu tubuh pegawai saat akan memasuki kantor Kementerian Menko PMK di Jakarta, Rabu (4/2/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Hingga Kamis (5/3/2020), di DKI Jakarta ada sebanyak 145 orang dalam pantauan dan 30 orang merupakan suspek kini sedang dalam pengawasan petugas kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang bertambah dari sebelumnya 26 orang.

Ketua tim tanggap corona, Catur Leswanto, di Balai Kota, Kamis (5/3/2020) menyatakan, selain jumlah di atas sudah ada 121 orang telah selesai masa pemantauannya karena dinyatakan sehat sepenuhnya dan 34 orang "suspect" yang berada dalam pengawasan sudah pulang dalam kondisi sehat.

"Sekali lagi, saya menegaskan bahwa pemahaman pemantauan dan pengawasan jangan dimaknai bahwa dia pasien positif. Karena pernyataan mengenai positif atau tidak itu hanya diberikan oleh Kementerian Kesehatan. Kami itu hanya melaksanakan tugas Pemprov DKI Jakarta dalam rangka mendeteksi," tutur Catur sebagaimana dilansir Antara.

Untuk mengantisipasi penyebaran virus corona setelah ditemukannya dua pasien positif beberapa hari lalu, Pemprov DKI Jakarta menyiagakan nomor darurat 112 dan 119 serta layanan WhatsApp 081388376955 yang bisa digunakan masyarakat untuk pemberian informasi dan melaporkan gejala yang dirasakan untuk kemudian diluncurkan tim penjemput bagi mereka yang indikasinya menunjukkan terpapar virus corona.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, mengatakan call center posko tanggap Covid-19 telah menerima 2.689 telepon atau layanan whatsapp sejak dirilis 27 Januari 2020.

"Penelepon itu bermacam-macam. Pertama, terkait dengan apa yang ditanyakan, mulai dari gejalanya seperti apa yang terkait dengan Covid-19 itu sendiri, sampai dengan kalau sakit harus ke mana. Jadi berbagai informasi maupun kalau seandainya pernah bertemu atau berpergian ke luar negeri yang terjangkit, itu harus seperti apa atau harus ke mana. Itu kami 'guidance' (arahkan), kami jawab, kami infokan sesuai dengan Protap (Prosedur Tetap) yang kami susun," kata Widyastuti.

Adapun penelepon, kata Widyastuti, berasal dari mana saja ada yang memang warga DKI, namun ada juga yang merupakan warga luar DKI dan luar negeri.

"Penelepon kami itu ada yang benar-benar warga DKI Jakarta, sebagian besar warga luar DKI Jakarta, bahkan dari luar negeri. Jadi penelepon itu sangat beragam," ucap Widyastuti.

Pemprov DKI Jakarta mengusulkan dua rumah sakit umum daerah (RSUD) miliknya yakni RSUD Cengkareng dan Pasar Minggu menjadi rumah sakit rujukan pasien virus corona (Covid-19) untuk menambah tiga rumah sakit yang menjadi rujukan saat ini.

"Jadi yang di DKI awalnya tiga RS rujukan, kami berproses penambahan RS rujukan tentunya sesuai 'assesment' dan hasil skala prioritas yang ditetapkan Kemenkes. RS yang kami usulkan di RSUD kita adalah pertama Cengkareng yang kedua Pasar Minggu," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti di Balai Kota Jakarta, Rabu (4/3).

Widyastuti menjelaskan, RS yang diusulkan itu dengan alasan lokasi RSUD Cengkareng dan Pasar Minggu yang masing-masing berada di wilayah Selatan dan Barat Jakarta.

Sehingga, dengan adanya dua RS rujukan tambahan, Widyastuti mengatakan bisa melayani di semua wilayah DKI Jakarta mengingat tiga RS rujukan yang ada saat ini yaitu RSPAD Gatot Soebroto, RSPI Sulianti Saroso, dan RSUP Persahabatan yang milik pemerintah pusat, masing-masing berada di Jakarta Pusat, Utara dan Timur.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH