Menuju konten utama

13 Tahun Tsunami Aceh: Refleksi, Apresiasi, Mitigasi dan Promosi

Peringatan 13 tahun bencana tsunami di Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam punya empat misi: refleksi, apresiasi, mitigasi, dan promosi.

13 Tahun Tsunami Aceh: Refleksi, Apresiasi, Mitigasi dan Promosi
Sejumlah wisatawan melihat karya seni tentang bencana tsunami saat mengunjungi Museun tsunami di Banda Aceh, Aceh, Minggu (24/12/2017). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas.

tirto.id - Selasa (26/12/2017) besok menandai 13 tahun bencana tsunami yang menyapu Aceh dan menyeeret nyawa lebih dari 200.000 jiwa. Untuk memperingatinya, Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memusatkan acara di Kecamatan Leupung, Aceh Besar.

"Peringatan 13 tahun gempa dan tsunami di Aceh dipusatkan di halaman Masjid Al Ikhlas, Gampong Meunasah Masjid, Kecamatan Leupung, Aceh Besar," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Reza Fahlevi di Banda Aceh, Senin (25/12/2017) sebagaimana dikutip Antara.

Peringatan akan dilaksanakan pada Selasa 26 Desember dengan tema melawan lupa, bangun kesadaran masyarakat menuju budaya siaga bencana. Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, dan undangan lainnya akan turut meramaikan.

Pemilihan Kecamatan Leupung, Aceh Besar, sebagai lokasi utama penyelenggaraan peringatan tsunami didasarkan kepada kejadian masa lalu.

"Kecamatan Leupung merupakan wilayah yang mengalami dampak serius akibat gempa dan gelombang tsunami yang mengakibatkan kehancuran harta benda dan korban ribuan nyawa masyarakat setempat," ungkap Reza.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Rahmadhani menyebutkan, ada empat tujuan utama yang ingin dicapai dari penyelenggaraan peringatan gempa dan tsunami Aceh setiap tahunnya, yakni refleksi, apresiasi, mitigasi dan promosi.

"Kejadian gempa dan tsunami masa lalu menyadarkan kita betapa kecil dan tidak berdayanya manusia di hadapan Allah SWT, dan setiap kejadian bencana tersebut harus menjadi ibrah sebagai introspeksi diri dan inilah bagian dari refleksi," jelasnya.

Adapun apresiasi, kata Rahmadhani, berarti bahwa peringatan tsunami di Aceh akan selalu menjadi momentum penting untuk mengenang dan berterima kasih kepada seluruh masyarakat nasional dan internasional atas segala dukungan dan solidaritas sosial dalam membantu pembangunan Aceh.

"Aceh berada di daerah rawan bencana. Khususnya gempa dan tsunami, masyarakat Aceh harus bersahabat dengan bencana dan selalu membangun budaya siaga bencana dalam upaya mengantisipasi bencana-bencana yang mungkin terjadi di masa akan datang," jelasnya.

Sementara dari sisi promosi, wisata tsunami menjadi media efektif dalam memperlihatkan kepada masyarakat global tentang kekuatan, ketahanan dan ketabahan masyarakat selama tsunami.

"Adanya peringatan ini, diharapkan masyarakat dan Pemerintah Aceh untuk mengenang serta membangun semangat kesadaran masyarakat menuju budaya siaga bencana," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI ACEH

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan