Menuju konten utama

1.110 Orang Pengungsi Gempa Sulawesi Barat Menderita Penyakit ISPA

Selain ISPA, penyakit dominan yang menyerang pengungsi: hipertensi, penyakit kulit, diare, demam tulang, influenza, maag, hingga batuk.

1.110 Orang Pengungsi Gempa Sulawesi Barat Menderita Penyakit ISPA
Sejumlah pengungsi mengantri bantuan logistik yang terdampak gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (21/1/2021). ANTARA FOTO/Akbar Tado/foc.

tirto.id - Sebagian pengungsi akibat gempa Mamuju di Provinsi Sulbar yang bertahan di tenda pengungsian, selama tiga pekan, mulai terserang penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

"Penyakit ISPA menduduki peringkat tertinggi, yang menyerang pengungsi akibat gempa dengan jumlah penderita mencapai 1.110 orang," kata Kepala Pengelola Data Bidang Data dan Informasi Pos Komando Transisi Darurat Gempa Sulbar Gaffar di Mamuju, Kamis (11/2/2021).

Penderita ISPA tersebut, kata Gaffar, sebanyak 720 orang berada di Kabupaten Mamuju dan 390 orang lainnya di Kabupaten Majene.

Menurut dia, data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar juga menyebutkan bahwa warga pengungsi gempa yang terserang penyakit sebanyak 4.048 orang berada di kabupaten terdampak gempa bumi yakni di Kabupaten Mamuju sebanyak 2.669 orang dan 1.379 orang di Kabupaten Majene.

"Penyakit ISPA yang paling banyak menyerang pengungsi, dan jumlahnya terus meningkat," tuturnya.

Ia juga menyampaikan jumlah korban luka berat maupun ringan akibat gempa sebanyak 10.354 orang, dengan rincian luka berat 378 orang, terdiri dari 209 orang di Kabupaten Mamuju dan 69 orang di Kabupaten Majene. Sedangkan luka ringan tercatat 10.076 orang, 7.349 orang luka ringan di Mamuju dan 2.727 di Kabupaten Majene. Sementara korban meninggal dunia sebanyak 104 orang, 94 di Mamuju dan 10 di Majene.

Selain ISPA, penyakit dominan yang menyerang pengungsi yakni hipertensi, penyakit kulit, diare, demam tulang, influenza, maag, nyeri otot, gangguan pencernaan, sakit kepala, demam, penyakit kulit dan batuk.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Sulbar Ihwan mengatakan ISPA menjadi penyakit dengan jumlah tertinggi di Sulbar meskipun bukan dalam keadaan gempa atau dalam keadaan biasa atau normal.

"Jumlah warga terserang ISPA meningkat di pengungsian itu karena faktor kelelahan, apalagi dalam musim pancaroba seperti sekarang ini," kata Ihwan.

Baca juga artikel terkait SULAWESI BARAT atau tulisan lainnya

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Antara
Editor: Dieqy Hasbi Widhana