Menuju konten utama

100 Hektare Lahan Rusak Akibat Konflik Gajah vs Manusia di Lampung

20-an konflik yang terjadi selama tiga bulan terakhir telah mengorbankan 100 hektar lahan produktif di Lampung.

100 Hektare Lahan Rusak Akibat Konflik Gajah vs Manusia di Lampung
Pawang gajah sumatra (mahout) memeriksa kesehatan mulut dan kaki serta melatih gajah jinak di Camp Corsevation Respon Unit (CRU) Sampoiniet Desa Ie Jeurneh, Aceh, Selasa (29/11/2017). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

tirto.id - Rata-rata lahan yang rusak akibat konflik gajah melawan manusia di Lampung mencapai 100 hektare. Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Agus Wahyudiyono merinci kerusakan meliputi kebun pisang, pepaya, kelapa, nangka, cempedak, dan padi.

"Konflik manusia dan gajah di Kecamatan Semaka terjadi sejak Juni 2017," kata Agus di Tanggamus, Sabtu (23/12/2017), sebagaimana dikutip Antara.

Agus mengatakan selama tiga bulan terakhir ada sedikitnya 20 konflik. Akibat konflik itu, lanjutnya, beberapa pekon (sebutan wilayah adiministratif setingkat desa di Lampung -red) di Semaka yakni Pardawaras, Srikaton, Karang Agung, Sidomulyo, sampai Tulung Asahan ikut terkena dampak.

Secara historis, hampir selama 10 tahun terakhir peristiwa keluarnya gajah dari wilayah habitatnya, yakni hutan lindung dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan peristiwa yang jarang terjadi di Semaka.

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab, antara lain waktu napak tilas, kelangkaan makanan akibat perubahan habitat, dan perubahan perilaku pakan menjadi kemungkinan penyebab populasi gajah keluar dari habitatnya dan memakan tanaman di kebun masyarakat.

Karena itu, ia mengatakan perlu dilakukan pendekatan dari berbagai dimensi (multidimension approach) dan dilakukan dengan sinergitas oleh berbagai pemangku kepentingan (multistakeholder approach).

"Pendekatan dari sisi ekologi, ekonomi dan sosial harus disinergikan, sehingga upaya mitigasi konflik dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan. Koordinasi antar sektor perlu segera dilaksanakan sehingga reaksi tanggap terhadap konflik dapat dilakukan dengan cepat," ujar Agus.

Kepala Bidang Perlindungan dan Konservasi Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Wiyogo Supriyanto, mengatakan kasus konflik antara manusia dan gajah sudah terjadi sejak lama dan ditengarai akan terus berlangsung sejalan dengan dinamika sosial dan kondisi kawasan.

"Hal itu, tidak dapat dihindari dan sebaiknya konflik ini dikelola dengan baik," ujarnya.

Karena itu, lanjutnya, pelatihan mitigasi konflik manusia dan gajah sumatera di tingkat tapak mutlak diperlukan dan harus dilakukan, sebagai bagian dari proses penguatan kapasitas teknis lapang.

"Tanpa adanya kemampuan untuk melakukan mitigasi dan mengurangi dampaknya maka konflik akan menimbulkan dampak kerugian yang besar bagi masyarakat," tambahnya.

Baca juga artikel terkait LAHAN PERTANIAN

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan