Menuju konten utama
Parenting

10 Cara Orang Tua Maksimalkan Bakat Anak Seperti Putri Ariani

Berikut ini cara-cara orang tua untuk memaksimalkan bakat anak seperti Putri Ariani.

10 Cara Orang Tua Maksimalkan Bakat Anak Seperti Putri Ariani
Putri Ariani di America's Got Talent. (Youtube/America's Got Talent)

tirto.id - Putri Ariani, penyanyi difabel asal Indonesia berhasil mendapatkan golden buzzer di ajang pencarian bakat America’s Got Talent usai memukau empat juri, yaitu Simon Cowell, Heidi Klum, Howie Mandel, dan Sofia Fergara.

Putri Ariani bernyanyi dengan suara merdunya dengan membawakan lagu ciptaannya sendiri sembari memainkan piano.

Lalu, Simon Cowell yang terpukau dengan suaranya meminta Putri Ariani membawakan satu buah lagu lagi.

Kemudian, Putri Ariani menyanyikan lagu Elton John berjudul Sorry Seems to Be the Hardest Word.

Penampilan keduanya semakin membuat juri dan penonton di studio terpukau dan berdiri memberikan tepuk tangan.

“Usia 17 tahun, kamu menciptakan lagu, kamu memiliki suara yang luar biasa, maksud saya, benar-benar bagus, kamu memiliki cahaya yang bersinar,” kata Simon Cowell mengutip cuplikan video yang dibagikan akun Twitter resmi America’s Got Talent pada Rabu (7/6/2023).

Setelah memberikan pernyataan tersebut, Simon berdiri dan menekan golden buzzer untuk Putri Ariani.

Golden Buzzer yang didapat oleh Putri Ariani membuatnya akan melenggang maju langsung ke babak pertunjukan siaran langsung America’s Got Talent.

Momen ini membuat orang mengagumi bakat Putri Ariani yang luar biasa. Tidak sedikit yang memuji kedua orang tuanya yang sangat mendukung perkembangan maksimal bakat Putri hingga menjadi penyanyi bersuara merdu, pencipta lagu, hingga piawai memainkan piano di usianya yang masih belia.

Cara Orang Tua Memaksimalkan Bakat Anak

Untuk memaksimalkan bakat anak, hal yang perlu diketahui terlebih dahulu oleh orang tua adalah kecenderungan bakat anak.

Mengetahuinya, orang tua dapat memperkenalkan anak kepada sejumlah aktivitas seperti olahraga, akademik, musik, seni, teknologi, hingga bahasa.

Kemudian, perhatikan ke mana arah bakat anak yang paling menonjol. Setelah itu, tugas orang tua adalah mendukung anak memaksimalkan bakatnya dengan cara berikut ini dilansir Kids Academy.

1. Tidak terburu-buru, tidak ada tekanan

Salah satu kesalahan yang dilakukan beberapa orang tua adalah mendaftarkan anak-anak mereka ke berbagai kegiatan, mulai dari Pramuka hingga liga sepak bola keliling, dengan harapan ada sesuatu yang "melekat".

Ada banyak saran hingga kritik di media maupun blog pengasuhan anak yang menyatakan bila anak-anak yang memiliki terlalu banyak kegiatan, akan bisa membuatnya merasa tertekan.

Hal ini karena mereka punya jadwal yang padat, yang isinya penuh dengan kompetisi, pertemuan, resital, dan masih banyak lagi.

Kondisi tersebut dapat memengaruhi nilai anak di sekolah, atau bahkan lebih buruk lagi, berkaitan dengan kesehatan mereka.

Alih-alih menghruskan anak bersaing dengan anak-anak lain di lingkungannya, hindari menekan anak untuk mengikuti banyak kegiatan, dan cari tahu apa yang benar-benar diminati oleh anak.

Setelah anak memilih suatu kegiatan, entah itu bermain piano, berenang, seni bela diri, jangan buru-buru mendesak anak untuk mempelajari keterampilan atau menjadi yang terbaik.

Dukunglah anak, namun ingatlah bahwa sikap memaksa dapat mematahkan semangatnya.

2. Hargai generasi anak

Jika orang tua masih kesulitan menemukan bakat anak, lihatlah dunia saat ini. Anak mungkin tidak suka melukis atau memainkan alat musik. Mungkin dia tidak tertarik dengan balet, piano, atau bahkan Pramuka.

Anak-anak masa kini lebih berdekatan dengan teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Apabila anak memang tertarik dengan teknologi, tidak ada salahnya untuk mengarahkan anak kepada kesukaannya tersebut.

Saat ini, semakin banyak anak yang belajar coding melalui kelas-kelas pemrograman yang dirancang khusus untuk anak-anak.

Orang tua harus selalu berpikir sesuai dengan sudut pandang anak di generasi mereka saat ini jangan membandingkan dengan generasi orang tua, karena itu sudah tidak relevan.

3. Kesalahan adalah hal biasa

Setelah memilih satu atau dua kegiatan untuk dilakukan, mudah bagi anak-anak untuk menjadi frustrasi jika mereka tidak mempelajari keterampilan tersebut dengan cukup cepat.

Misalnya, belajar memainkan set drum tidak terjadi dalam semalam. Diperlukan berjam-jam pelajaran dan latihan selama beberapa tahun agar anak Anda terdengar seperti pemain drum sungguhan.

Untuk mengajari anak tentang tujuan jangka panjang dan penghargaan, perkuat gagasan bahwa sebagai manusia, kita semua belajar dari kesalahan.

Kegagalan diperlukan untuk pertumbuhan, dan begitu anak menginternalisasi pelajaran hidup yang penting ini, ia akan menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk membuat langkah maju.

Pada gilirannya, anak akan mengembangkan ketahanan dan kepercayaan diri dalam segala upaya.

4. Membina hubungan yang sehat antara orang tua dan anak

Sebagai orang tua, tentu selalu ingin yang terbaik untuk anak. Tapi jangan biarkan aturan, disiplin, dan kesibukan sehari-hari menghalangi anak-anak untuk berusaha mewujudkan impian mereka.

Itulah mengapa sangat penting bagi orang tua untuk membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak mereka yang didasarkan pada dukungan penuh kasih.

Orang tua harus bersikap tenang dan menghindari amarah jika anak mengalami kemunduran dalam kegiatannya, atau bahkan mungkin saat mereka menghadapi konflik.

Perkuat kepercayaan anak kepada orang tua dengan mendukung ruang yang aman untuk mereka belajar.

Dengan menunjukkan kepada anak bahwa orang tua menerimanya dan mencintainya bahkan ketika ia melakukan kesalahan, akan menjadi dasar bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.

Pujilah anak atas upaya yang terus dilakukannya, meskipun tampaknya anak berkembang lebih lambat dari yang diharapkan.

5. Doronglah perkembangan anak

Jangan lupa bahwa bakat bukanlah kemampuan alami yang kita miliki sejak lahir. Untuk memunculkan bakat anak, penting untuk memperkuat kerja keras, tekad, dan ketekunan yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan.

Usaha panjang adalah kunci dalam dunia pendidikan selama bertahun-tahun, dan dikatakan bahwa memilikinya dapat menjadi salah satu faktor terbesar yang menentukan kesuksesan seumur hidup.

Konsistensi usaha jangka panjang adalah tentang menunjukkan ketangguhan, mengatasi rintangan, dan pantang menyerah. Ajarkan anak bahwa bakat mereka harus diasah dan diperkuat melalui latihan dan ketekunan.

6. Bersikaplah terbuka terhadap ide dan aspirasi anak

Terkadang sebagai orang tua, berharap agar anak-anak mengikuti jejak mereka, memilih beberapa kegiatan dan aspirasi yang sama dengan yang orang tua lakukan ketika masih muda.

Namun, orang tua tidak bisa berharap bahwa anak-anak adalah salinan dari orang tua. Tidak hanya dunia yang berbeda, tetapi anak-anak juga memiliki minat dan hasrat yang unik.

Saat menentukan cara menemukan bakat anak, mundurlah sejenak dan biarkan anak yang memimpin.

Bersikaplah terbuka terhadap ide-ide yang diusulkan anak, dan jika masuk akal, jelajahi setiap kemungkinan untuk menemukan minat anak yang sebenarnya.

7. Pujilah usaha dan keberhasilan anak

Karena bakat perlu diasah, diasah, dan diasah, maka penting untuk memuji usaha anak di setiap langkahnya.

Tentu saja, banyak anak yang terlahir dengan bakat alami untuk mata pelajaran atau topik tertentu. Beberapa anak memang secara alami lebih pandai dalam matematika daripada yang lain.

Namun, penting untuk menghindari memuji anak-anak atas kemampuan alami yang mereka miliki. Anak-anak tidak terlahir sebagai anak yang secara alamiah lebih baik dalam segala hal.

Sama seperti penampilan fisik seseorang, bakat alami bukanlah sesuatu yang bisa dipuji oleh siapa pun.

Sebaliknya, pujilah usaha dan kerja keras anak, serta bangunlah kepercayaan diri dan stamina anak untuk mengembangkan suatu keterampilan. Hasilnya, anak akan mengeluarkan bakatnya, sekaligus membangun karakter yang positif.

8. Berlatih untuk kemajuan, bukan kesempurnaan

Ungkapan seperti "latihan membuat sempurna" bukanlah kalimat yang harus diingat.

Meskipun melatih keterampilan dan bakat membantu meningkatkan kemampuan, terkadang latihan menghasilkan kemajuan dengan kecepatan yang lambat.

Kadang-kadang anak-anak perlu berlatih untuk mengidentifikasi kesalahan yang harus diperbaiki untuk meningkatkan apa pun yang sedang mereka kerjakan.

Di lain sisi, anak-anak berlatih dan menjadi frustrasi jika mereka merasa tidak berkembang cukup cepat.

Doronglah anak untuk terus maju dengan memperkuat gagasan bahwa banyak latihan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan.

Ingatlah bahwa anak bekerja untuk tujuan jangka panjang, dan bahwa kesempurnaan bukanlah tujuannya.

9. Mempelajari keterampilan dan menghormati orang lain

Saat anak melatih bakat atau mempelajari suatu keterampilan, meniru para ahli atau mentor mungkin adalah hal yang paling dibutuhkan oleh anak. Jadi, meniru orang lain terkadang bukanlah hal yang buruk.

Tidak ada yang salah dengan mencontoh seorang mentor atau figur yang dihormati anak.

Faktanya, kita semua memiliki sesuatu untuk dipelajari dari mereka yang telah mencapai tujuan yang kita dambakan.

Bantu anak untuk memahami bahwa meniru tidak selalu berarti menyontek. Misalnya, jika anak sedang belajar bermain tenis, menonton pelatih tenis atau pemain profesional dapat mengajarinya gerakan-gerakan penting yang tidak mungkin dipelajari jika tidak melalui pengamatan yang cermat.

10. Saksikan proses anak berkembang

Terakhir, dan yang paling penting, setelah anak menemukan bakatnya, saksikan anak berkembang. Berdirilah dan biarkan anak berlatih serta berkembang dengan kecepatannya sendiri.

Dengarkan anak, dan jadilah "pemandu di samping" yang mereka butuhkan untuk tetap bertekad dan termotivasi. Hindari kritik, dan tawarkan kenyamanan dan dukungan sesuai kebutuhan.

Baca juga artikel terkait PUTRI ARIANI atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno