Menuju konten utama

Vertigo, Masalah Keseimbangan yang Mengganggu

Vertigo bukan penyakit, tapi lebih sebagai gejala gangguan keseimbangan seseorang.

Vertigo, Masalah Keseimbangan yang Mengganggu
Ilustrasi vertigo. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Pada Selasa (12/9), Setya Novanto tak hadir pada sidang praperadilan kasus korupsi e-KTP di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Ia harus dirawat di MRCCC Siloam Hospitals, Semanggi Jakarta Selatan karena mengalami vertigo. Apa sebenarnya vertigo? Sejauh mana mengganggu aktivitas seseorang?

Vertigo adalah salah satu gejala saat penderita mengalami persepsi gerakan yang tidak seharusnya. Penderita biasanya mengalami gerakan berputar atau melayang yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan. dr. Fikry Hamdan Yasin, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Kepala dan Leher (THT-KL) yang bertugas di RSCM, menjelaskan vertigo merupakan salah satu gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh kelainan sentral (otak) dan telinga dalam (organ vertibuler).

“Vertigo ini merupakan gejala gangguan keseimbangan yang paling sering terjadi dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari,” kata Fikry kepada Tirto.

Ia menambahkan sekitar 80 persen kasus vertigo disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau bagian perifer. Keluhan vertigo yang hebat dan mendadak dapat menyebabkan gejala otonom seperti cemas sampai rasa takut.

Baca juga:

Sakit Vertigo, Setya Novanto Tak Hadiri Sidang Praperadilan

Alasan Sidang Praperadilan Setnov Ditunda 20 September 2017

Vertigo sering kali diikuti dengan gejala mual dan muntah serta ketidakmampuan penderita menjaga keseimbangan badan. Hal ini yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan berdiri atau berjalan. Kelainan ini bisa terjadi karena gangguan keseimbangan baik sentral atau perifer.

Untuk menentukan kelainan yang menyebabkan vertigo, dokter THT-KL biasanya akan melakukan pemeriksaan ENG (elektronistagmografi).

dr. Mahda Adil Aufa, dokter di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyebutkan bahwa vertigo termasuk gejala dan bukan penyakit. Sehingga cara mengatasi vertigo tergantung pada penyakit yang menyebabkan gejala tersebut pada tubuh seseorang.

“Sebaiknya, pasien langsung dirujuk ke dokter saraf untuk mencari penyebab lebih detailnya,” kata Mahda.

Mahda menuturkan sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari vertigo. Penyakit yang menyebabkan munculnya gejala vertigo ini bermacam-macam, mulai karena migrain, penyakit meniere, sampai dengan BPPV atau Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Penyakit ini, salah satu yang paling sering dijumpai. BPPV muncul karena adanya kelainan pada telinga dalam, tepatnya pada sistem vestibularis.

Putu Prida Purnamasari, peneliti dari departemen neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana menjelaskan bahwa BPPV disebabkan ketika material berupa kalsium karbonat dari makula dalam dinding utrikel masuk ke dalam salah satu kanal semisirkular yang akan menimbulkan respons ke saraf. BPPV jenis ini lebih sering terjadi pada orang tua.

Dr. Carol Foster, ahli autolaringologi di Laboratorium Saldo di Rumah Sakit Universitas Colorado, AS, menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya pelemahan pada lapisan protein penahan kristal di saraf, seiring bertambahnya usia.

"Seperti kertas Post-it yang sudah lama, setelah 60 atau 70 tahun kekakuan tentu akan habis," kata Dr. Carol Foster dikutip dari New York Times.

Gejala vertigo juga muncul ketika pasien menderita migrain dan penyakit meniere. Migrain adalah gangguan neurovaskuler yang mana mekanisme dimulai dari dalam bagian otak lalu menyebar ke dalam pembuluh darah.

Sedangkan, penyakit ménière adalah masalah pada telinga bagian dalam yang juga dikenal sebagai hidrops endolymphatic idiopatik. Endolymphatic hydrops mengacu pada peningkatan kondisi tekanan hidrolik di dalam sistem endolymphatic telinga bagian dalam.

Kejadian gangguan vertigo dialami oleh masyarakat di dunia termasuk negara-negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian vertigo mencapai 64 kejadian dari 100.000 orang. Sedangkan, perempuan cenderung lebih sering terserang vertigo dibanding laki-laki.

Menurut survei dari department of epidemiology, Robert Koch Institute Germany, prevalensi vertigo di Berlin dalam 1 tahun sekitar 0,9 persen, vertigo akibat migren 0,89 persen, vertigo akibat BPPV 1,6 persen, dan vertigo akibat meniere mencapai 0,51 persen.

infografik vertigo

Cara Mengatasi Vertigo

dr. Fikry menambahkan setiap vertigo yang disebabkan oleh kelainan perifer atau vertigo perifer dapat disembuhkan dengan obat-obatan maupun dengan terapi repositioning seperti canalith repositioning therapy dan terapi latihan vestibuler

Obat penekan saraf vertibuler biasanya diatasi dengan jenis obat histamine analogue. Di pasaran, obat ini sudah banyak tersedia dari merek generik sampai paten.

Dhanang Iswardhana, seorang apoteker dan farmasi yang bekerja di salah satu BUMN farmasi menjelaskan, jenis obat ini bekerja secara langsung berikatan dengan reseptor histamin yang terletak pada dinding aliran darah, termasuk dalam telinga. Dengan mengaktifkan reseptor histamin, efeknya bisa menyebabkan vasokontraksi, yang kemudian akan meningkatkan sirkulasi darah.

“Obat ini membantu menghilangkan tekanan di dalam telinga serta mampu mengurangi mual dan pusing,” kata Dhanang kepada Tirto.

Gejala vertigo termasuk tidak berbahaya karena masih dapat diobati. Namun, menurut Dr. Susan Herdman, Profesor Emerita of Rehabilitation Medicine pada Emory University, pasien akan sangat tersiksa jika gejala vertigo terus berlanjut. Ia menyatakan, beberapa pasien merasa tidak stabil sehingga harus berpegangan pada dinding dan perabotan, atau bahkan menggunakan kursi roda. Jika sudah begitu, dokter biasanya akan merekomendasikan pasien untuk istirahat total.

Sependapat dengan Herdman, dr. Mahda Adil Aufa mengatakan apabila kondisi pasien sudah sampai mual dan muntah hingga menyebabkan dehidrasi memang harus istirahat total.

"Terlebih lagi jika pasien juga mengalami gangguan keseimbangan berat,” kata dr. Mahda kepada Tirto.

Biasanya dokter akan merekomendasikan pasien untuk rawat inap ketika pasien mengalami perasaan cemas atau takut yang berlebihan. “Karena jika bergerak pasien akan merasa pusing dan berputar-putar,” tambah dr. Fikry.

Baca juga:

Penyakit yang Menginspirasi Kisah Beauty and The Beast

Kurang Tidur Rentan Timbulkan Penyakit

Baca juga artikel terkait VERTIGO atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Suhendra