Menuju konten utama

Telan Rp33 Triliun, Bahlil Klaim Proyek DME Akan Rampung 10 Bulan

Proyek investasi dari Amerika ini disebut akan menyerap lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 dari konstruksi yang dilakukan Air Products.

Telan Rp33 Triliun, Bahlil Klaim Proyek DME Akan Rampung 10 Bulan
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjadi pembicara saat diskusi tentang investasi daerah yang digelar Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kalbar di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (27/5/2021). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.

tirto.id - Proyek pembangunan hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) sudah mulai dilakukan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara langsung melakukan groundbreaking pada hari ini di Muara Enim, Sumatera Selatan.

Proyek pembangunan hilirisasi ini akan digarap oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama dengan PT Pertamina dan Air Products & Chemicals Inc.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, total investasi untuk membangun proyek ini mencapai Rp33 triliun yang bersumber dari Penanaman Modal Asing (PMA) dari Amerika Serikat.

“Proyek ini seharusnya bisa selesai 36 bulan, tetapi kami rapat dengan Air Product, kami minta 30 bulan. Investasi ini full dari Amerika Serikat, bukan dari Korea Selatan, bukan dari Jepang, bukan juga dari Tiongkok. Jadi sekaligus penyampaian bahwa tidak benar ada penyampaian negara kita ini hanya fokus investasi dengan satu negara,” jelas dia dalam konferensi pers, Senin (24/1/2022).

Bahlil menjelaskan, proyek ini akan menyerap lapangan pekerjaan 12.000 sampai 13.000 dari konstruksi yang dilakukan Air Products, kemudian sekitar 11.000 sampai 12.000 dilakukan di hilir oleh Pertamina. Ia menambahkan, total realisasi investasi DME ini merupakan yang terbesar setelah Freeport pada 2022.

"Lapangan pekerjaan disiapkan yang tetap 3.000. Itu yang langsung. Kalau yang tidak langsung, kontraktornya, subkontraktornya, multiplier effect, itu bisa tiga sampai empat kali lipat dari yang ada,” terang dia.

Ia menjelaskan, dengan dibangunnya hilirisasi batu bara pemerintah Indonesia akan bisa mengurangi impor gas. Pasalnya proyek ini akan LPG dengan produk olahan lokal yaitu DME.

“Impor gas elpiji rata-rata 1 tahun 6-7 juta, subsidi kita cukup besar. Di dalam perhitungan kami, setiap 1 juta ton hilirisasi, kita bisa melakukan efisiensi sekitar Rp 6-7 triliun dari subsidi. Jadi tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung program hilirisasi,” tandas dia.

Baca juga artikel terkait BATU BARA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Restu Diantina Putri