Menuju konten utama

Para Seleb Dunia di Pusaran Konflik Israel-Palestina

Pentolan Radiohead dan Pink Floyd "bertengkar" karena Radiohead akan manggung di Tel Aviv, Israel. Persoalan keberpihakan atas masalah Palestina-Israel selama ini memang memicu pro-kontra di kalangan musisi.

Para Seleb Dunia di Pusaran Konflik Israel-Palestina
Thom Yorke memecah kesunyiannya atas kontroversi seputar pertunjukan Radiohead mendatang di Israel. Sophia Kembowski / Getty Images

tirto.id - Thom Yorke dan kawan-kawannya di Radiohead pernah turut meramaikan salah satu panggung festival musik rock bertajuk “Tibetian Freedom Concert” yang diselenggarakan di Downing Stadium, New York, Amerika Serikat, pada 7 dan 8 Juni 1997. Festival ini menuai pujian dari sesama musisi lain sebab mampu menarik 100 ribu pentonton dan meraup sumbangan sebesar $800 ribu untuk warga Tibet yang kala itu sedang direpresi pemerintah Cina.

20 tahun kemudian, karier internasional band asal Inggris itu masih moncer. Mereka pun tekah merencanakan jadwal manggung terbaru di Taman Yarkon di Tel Aviv, Israel, pada 19 Juli mendatang. Sayangnya, puji-puji dari musisi lain tak terdengar lagi. Yang ada justru kecaman dan kritik keras, terutama dari para musisi yang tergabung dalam “Artists for Palestine UK”.

Tuntutan mereka bermuara pada satu suara: “Batalkan konser, Thom. Warga Palestina masih direpresi Israel!”

Ditekan sana-sini, diperlakukan sebagaimana orang-orang yang tak setuju dengan gerakan “Boycott of Israel” yang sejak 2005 lalu muncul ke permukaan, Yorke akhirnya buka suara. Ia menyebut tekanan tersebut "sangat tidak terhormat." Banyak tokoh yang tidak setuju dengan gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi) terhadap Israel, kata Thom, termasuk Radiohead. Ia pun mencatut nama J.K. Rowling dan Noam Chomsky sebagai dua pihak yang seiring pendapat dengannya.

Dua tokoh yang disebut Yorke adalah penulis kenamaan. Yang pertama disebut adalah penulis fiksi sangat populer, serial Harry Potter. Nama kedua adalah ahli linguistik keturunan Yahudi yang sangat kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Keduanya memang menolak pendudukan dan represi Israel terhadap Palestina, tapi keduanya juga tak setuju dengan aksi boikot produk-produk dari Israel.

Chomsky kerap mengritik langkah pemerintah AS yang mendanai aneksasi Israel. Ia pun dengan tegas mengaku kebijakan pemerintah Israel atas wilayah maupun warga Palestina lebih parah ketimbang apartheid yang dulu berlaku di Afrika Selatan. Meski demikian, pada awal Februari tahun lalu ia berbicara untuk Al Jazeera bahwa dirinya menolak pemboikotan produk Israel. Ia menilai langkah itu tak tepat.

Sementara itu, Rowling kerap menceritakan kebrutalan rezim Israel kepada warga Palestina melalui akun Twitter dan Facebook-nya, termasuk pada 2015 silam dalam kalimat “komunitas Palestina menderita akibat ketidakadilan dan aksi brutal.” Namun, di atas itu semua, yang diprioritaskan Rowling adalah kedamaian. "Boikot budaya yang memisah Israel bersifat memecah belah dan diskriminatif, dan tidak akan membawa kedamaian lebih jauh."

Thom Yorke mengatakan bahwa sejumlah tokoh budaya yang mendesak band tersebut untuk menarik diri, termasuk di antaranya Ken Loach dan uskup agung Afrika Selatan Desmond Tutu, bertindak seolah-olah Radiohead "terbelakang sehingga tidak dapat membuat keputusannya sendiri." Yorke juga menyebut protes mereka sebagai “tindakan menggurui dalam bentuk yang ekstrem”, dan “menyinggung perasaan.”

"Ada orang yang saya kagumi seperti Ken Loach, yang tidak pernah saya impikan untuk mengatakan ke mana saya harus bekerja atau apa yang harus dilakukan atau dipikirkan," kata Yorke kepada Rolling Stone.

Ia kemudian menyesalkan bahwa sejumlah musisi dan tokoh internasional memandang persoalan dan sikap atas konflik laten antara Israel dan Palestina dalam lanskap yang terlalu hitam putih. Apakah dengan konser Radiohead di Israel berarti band ini telah menyatakan sikap politik yang 100 persen tak bisa diganggu gugat?

Thom lalu menyinggung Johny Greenwood, gitaris Radiohead, yang menikah dengan seorang seniman Israel bernama Sharona Katan yang juga seorang perempuan Yahudi-Arab.

"Orang yang paling tahu tentang hal-hal ini adalah Jonny," kata Yorke. "Dia memiliki teman seorang Palestina dan juga Israel, serta seorang istri yang merupakan Yahudi-Arab. Semua orang [pemboikot] ini berdiri di sana dengan jarak yang jauh melemparkan barang ke kita, melambai-lambaikan bendera, berkata, 'Anda tidak tahu apa-apa tentang itu!' Bayangkan betapa menyinggung hal itu bagi Jonny."

Sebelum Radiohead, kontroversi terkait boikot kultural terhadap Israel juga sempat menimpa kelompok musik The Chemical Brothers. Sebanyak 7.000 orang menandatangani petisi meminta Chemical Brothers untuk mengikuti boikot tersebut dan tidak bermain di Tel Aviv.

Ada juga Rihanna yang tetap menyelenggarakan konser d Tel Aviv pada Oktober 2013 meski membuat marah musisi yang mendukung boikot. Sikap Rihanna sesungguhnya tak jelas. Ia pernah membikin #FreePalestine, tapi segera mengklarifikasi bahwa yang didukungnya adalah perdamaian, bukan salah satu negara. Thom tentu saja telah memperkirakan sikap pro-kontra yang serupa, tapi ia tak menyangka gelombangnya akan sekuat ini.

Itu Thom Yorke. Sejumlah musisi ada yang tak tahan dengan sikap yang terkesan netral ini. Gitaris Pink Floyd Roger Waters, misalnya, memberikan balasannya terhadap respons Thom dengan mengklaim bahwa pembelaan Yorke "tidak memaparkan keseluruhan cerita" tentang apa yang sesungguhnya terjadi di antara Israel-Palestina dan kenapa mendukung Palestina itu penting.

Waters dan 50 tokoh terkemuka lain, banyak di antaranya juga berprofesi sebagai musisi, pada April lalu telah menandatangani petisi yang mendesak Radiohead agar membatalkan konsernya di Tel Aviv. Dalam sebuah pernyataan kepada Rolling Stone, Waters mengatakan bahwa dia melakukan beberapa upaya untuk "memulai dialog" dengan Yorke tentang konser di Israel sebelum petisi yang memboikot Radiohead pada 23 April.

Namun, menurut Waters, tanggapan Yorke tak seperti yang ia harapkan meskipun musisi berusia 73 tahun itu telah berusaha semaksimal terutama menghubungi Yorke secara pribadi untuk berdiskusi. Thom, bagi Waters, juga salah menafsirkan usahanya itu sebagai sebuah ancaman—meski sebenarnya hanya bermotif percakapan biasa. Thom pun dianggap menanggapi Waters dengan marah sebelum akhirnya memutuskan komunikasi.

Waters sempat menambahkan bahwa 5 Juni adalah ulang tahun ke-50 pendudukan Palestina oleh Israel. "Lima puluh tahun tinggal di bawah pendudukan militer. Lima puluh tahun untuk orang-orang yang tidak memiliki hak sipil. Lima puluh tahun tidak ada jalan lain untuk hukum. Lima puluh tahun apartheid berlaku," kata Waters dengan dramatis, sembari tetap berharap agar Yorke mau membacanya dan kemudian tergerak untuk melaksanakan isi petisi.

infografik pro kontra israel palestina

Di belakang Waters ada musisi lain yang sejak lama terang-terangan mengaku pro-Palestina. Rapper asal Chicago Lupe Fiasco misalnya. Musisi yang pernah mengisi musik pengirirng film The Twillight Saga: New Moon itu beberapa kali membela Palestina lewat lagu-lagunya. Dalam lagu yang ia rilis pada 2011 “Words I Never Said” ada selipan lirik “Gaza strip was getting bombed, Obama didn't say shit/That's why I ain't vote for him, next one either.”

Selena Gomez sempat ditempatkan di barisan ini berdasarkan salah satu postingannya di akun Instagram pada 2014 dengan keterangan yang mengajak para pendukungnya untuk turut mendoakan Gaza, bunyinya “ini tentang kemanusiaan.” Postingan ini sempat menjadi buah bibir warganet sebelum akhirnya Selena mengklarifikasi bahwa dirinya tak “memilih satu sisi”, menyiratkan ia lebih memprioritaskan perdamaian bagi kedua negara.

Tel Aviv kerap menjadi tempat konser yang dipakai para musisi untuk memuaskan dahaga para penggemarnya yang bedomisili di Israel—terlepas dari muatan politiknya. Pangsa pasarnya cukup besar. Mei kemarin Justin Beiber konser dengan meriah di kota tersebut, cukup berlawanan sikap dengan sang mantan Selena Gomez. Jon Bon Jovi tak terlalu mempedulikan seruan boikot yang diinisiasi Roger Waters, dan pada Oktober 2015 silam tetap melaksanakan konser di Tel Aviv.

Kanye West juga menggoyang 25 ribu pernggemarnya yang di tahun yang sama dan menjadi salah satu rapper asal AS pertama yang main di Tel Aviv. Tanpa diungkapkan pun Kanye sangat terlihat pro-Israel sebab belakangan diketahui sedang mencari perumahan mewah di sana. Apalagi dua anaknya dibaptis di Yerusalem.

Baca juga artikel terkait KONFLIK ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Musik
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Maulida Sri Handayani